REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pemuda dan Olahraga, Imam Nahrawi unjuk kebolehan membaca Kitab Kuning di hadapan ribuan santri Pondok Pesantren Al Fadlu, Kendal Jawa Tengah, Sabtu (2/4).
"Sudah lama saya tidak baca kitab kuning. Alhamdulillah masih bisa meski tidak sempurna," kata Imam usai membaca kitab Ihya Ulumuddin karya Imam Al-Ghazali, sebagaimana dikutip dalam siaran pers yang diterima di Jakarta.
Mulai Sabtu ini, sebanyak 31 pesantren di 20 provinsi menggelar babak penyisihan Musabaqah Kitab Kuning Ihya Ulumuddin, salah satunya di Ponpes Alfadlu Kendal di bawah pengasuh KH Dimyati Rais.
Menpora berharap melalui kegiatan yang diinisiasi oleh DKN Garda Bangsa, badan otonom pemuda Partai Kebangkitan Bangsa, ini tradisi pengetahuan pesantren tetap terjaga dari paham radikal yang bertentangan dengan NKRI dan Ahlussunnah Wal Jamaah.
Menurut lulusan Pesantren Syaikhona Cholil Bangkalan, Madura, ini sebagai ilmu pengetahuan, kitab kuning secara subtansi mengajarkan Islam yang moderat tapi dengan tetap memegang prinsip. "Jangan sampai kitab kuning yang menjadi khazanah Islam Nusantara ini dicuri dan disalahgunakan oleh kelompok lain, yang seolah-olah peduli ke pesantren tapi praktik politiknya justru menghabisi pesantren," katanya.
Dalam kesempatan itu, Imam yang didampingi Staf Khusus Menpora Bidang Kepemudaan, Zainul Munasichin dan Asisten Deputi Bidang IPTEK dan IMTAK Esa Wijaya menyerahkan bantuan kegiatan keagamaan kepemudaan kepada para santri senilai puluhan juta rupiah.
Terkait kitab Ihya Ulumuddin, Imam menyebutnya sebagai salah satu kitab pesantren terlengkap karena mengajarkan banyak hal. Mulai dari ekonomi, relasi sosial, politik hingga tasawuf, bahkan juga olahraga.
"Di Kitab Ihya kita juga diajarkan untuk menjaga hati agar tetap konsisten dan istiqomah, tidak tergoda oleh tipu daya mafia, termasuk mafia bola," katanya.