Senin 04 Apr 2016 21:53 WIB

Angkat Isu SARA Jelang Pilkada, Wali Gereja: Itu Cara Barbar!

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Bilal Ramadhan
Warga memasukkan surat suara ke dalam kotak dalam pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif ulang di sebuah TPS.
Foto: dok: Republika
Warga memasukkan surat suara ke dalam kotak dalam pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif ulang di sebuah TPS.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Romo Siswantoko dari Konferensi Waligereja Indonesia menyatakan isu Suku, Ras dan Agama (SARA) tidak memiliki relevansi untuk diangkat menjelang pemilihan kepala daerah (pilkada).

Menggunakan isu sara menjelang pilkada, menurutnya, merupakan cara-cara yang tidak fair dan primodial. Cara seperti itu menggambarkan sebuah kehidupan berbangsa dan bernegara yang tidak demokratis.

"Bersaing dengan memojokkan orang agar dibenci atas nama suku itu adalah cara barbar yang seharusnya sudah dibuang dari negara kita yang sudah menganut demokrasi," kata Siswantoko saat kepada Republika.co.id, Senin (4/4).

Ia menambahkan, siapapun yang akan menjadi kontestan di dalam pilkada bukan lagi seharusnya tidak lagi mengusung permasalahan SARA tetapi justru mengusung idealisme bagaimana membangun tempat yang akan ia pimpin. Ia berharap masyarakat lebih cerdas dan bijaksana dalam menyortir calon-calon pemimpin.

Ia mengimbau agar masyarakat sebaiknya memilih pemimpin yang memiliki pemikiran yang luas dan tidak fanatik terhadap satu kelompok tertentu. Dalam memilih, masyarakat juga perlu mempertimbangkan sejauh mana sisi moralitas calon pemimpin.

"Masyarakat harus bisa melihat kualitas pribadi bagaimana dia memimpin masyarakat, selain itu penting juga melihat sepak terjang dia dimasyarakat," katanya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement