REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pembajakan lagu kian menjamur namun tak kunjung usai untuk diberantas. Kerugian yang ditimbulkan pun berbuntut pada banyaknya toko kaset yang memutuskan gulung tikar.
Bagi penyanyi solo, Lobow, kondisi ini tak akan membuatnya berhenti berkarya. "Apa itu sampai harus membuat kita berhenti berkarya? Bukan itu," ungkap Lobow kepada Republika.co.id.
Bagi Lobow, kemajuan teknologi membuat negara berkembang tidak dapat berkutik dengan pembajakan. Pasalnya proses pembajakan akan selalu menemukan celah untuk membajak karya-karya para musisi untuk keuntungan mereka sendiri.
Padahal di balik produksi sebuah lagu, lanjut Lobow, ada banyak pihak yang terlibat. Sama seperti pelaku pembajakan yang perlu 'makan', tim di balik produksi sebuah lagu pun juga perlu 'makan' hanya saja mereka melakukannya dengan cara yang legal.
Oleh karena itu, seperti banyak musisi lain, Lobow berharap pemerintah dapat menjadi lebih gesit dalam melawan menjamurnya pembajakan di Indonesia. Pasalnya, Lobow melihat saat ini upaya pemerintah untuk melawan maraknya pembajakan masih belum optimal. "Banyak yang punya kehidupan di balik satu produksi lagu," tambah Lobow mengingatkan.
Karena penjualan kaset tak lagi bisa diharapkan untuk mendapatkan pemasukan, Lobow mengatakan sejak 1980-an lalu sebagian besar penyanyi mengandalkan pertunjukkan off air dari panggung ke panggung. Di samping itu, hal lain yang bisa dilakukan musisi dan tim untuk mendapatkan hak mereka ialah dengan melakukan penjualan lagu secara digital.
Saat ini, terang Lobow, sudah banyak platform digital yang dapat menjadi media bagi musisi untuk memasarkan karyanya. Pemanfaatan situs berbagi video seperti YouTube pun bisa menjadi alternatif untuk mendapatkan pemasukan. "Semoga ada sistem yang bisa memblokir (pembajakan), tapi sekarang ini lah keadaannya," kata Lobow.