REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Praktisi Pendidikan Indra Charismiadji mengatakan, pendidikan kita masih buruk dan tak dipersiapkan dengan baik. Padahal menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) persaingannya luar biasa.
"Dari 50 ribu sekolah SMA/SMK, hanya 4.400 yang ikut Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK). Tidak sampai satu persen," katanya, Rabu, (13/4).
Anak-anak ini dipersiapkan di dunia kerja yang akan datang. Mereka seharusnya sudah bisa menguasai teknologi sebagai alat kerja saat ini seperti laptop dan komputer.
"Namun faktanya mereka tidak dibekali dengan alat kerja yang dibutuhkan di abad sekarang seperti internet dan laptop di daerah-daerah. Kalau mereka saja tak dibekali dengan kemampuan menggunakan komputer kira-kira hasilnya bagaimana."
Salah satu penyebab mengapa di sekolah-sekolah daerah banyak yang tidak ikut UNBK karena tak ada alatnya yakni komputer. Ini terjadi karena anggaran pendidikan di daerah yang sangat rendah.
Bantuan pendidikan dari pusat ke daerah, terang Charismiadji, besar. Makanya mereka menganggarkan anggaran pendidikan dari APBD mereka dengan rendah sebab mereka tak mau semua anggaran lari ke pendidikan.
"Padahal bantuan dari pemerintah pusat ke daerah sebenarnya tak cukup kalau untuk beli berbagai teknologi baru untuk pendidikan. Pemerintah daerah juga agak buta dalam meningkatkan sumber daya manusia."
Faktanya, ujar Charismiadji, mitra pemerintah daerah hanya penjual buku dan kontraktor rehab sekolah. Mereka tidak memikirkan pengadaan teknologi untuk inovasi pendidikan.