REPUBLIKA.CO.ID, BRASILIA -- Majelis Rendah atau Dewan Perwakilan Rakyat Brasil pada Ahad (17/4) malam, mendukung pemakzulan Presiden Dilma Rousseff. Hal ini merupakan pukulan keras bagi Rousseff yang kerap menyebut upaya pemakzulan dirinya sebagai 'kudeta'.
Berdasarkan penghitungan akhir, 367 suara mendukung pemakzulan Rousseff. Sementara 137 lainnya menentang dan tujuh anggota abstain. Dua anggota parlemen tak muncul untuk memilih.
Jumlah suara yang mendukung pemakzulan Rousseff melampaui dua pertiga mayoritas yang diperlukan untuk mengirimkan Rousseff 'diadili' oleh Senat. Ia selama ini dituduh memanipulasi rekening anggaran.
Jika Senat memberikan suara mayoritasnya di awal Mei untuk melanjutkan pemakzulan maka Rousseff akan diberhentikan sementara dari jabatannya sebagai presiden. Otomatis, Wakil Presiden Michel Temer akan menggantikannya sementara Rousseff diadili.
Jika Rousseff terbukti bersalah, Temer akan menjabat sebagai presiden hingga masa jabatan Rousseff berakhir pada 2018. Menghadapi hal ini Rousseff memiliki pilihan. Ia bisa mengajukan banding ke Mahkamah Pengadilan Federal, dengan alasan tuduhan itu merupakan kesalahan. Rousseff telah mengisyaratkan akan melakukan hal itu.
Rousseff juga secara intensif sedang melobi para senator dan pada saat yang sama menggunakan kekuatan persatuan Partai Buruhnya untuk mendorong ribuan orang turun kejalan. Hal itu dilakukan untuk menekan Kongres.
"Ini baru saja dimulai. Ini akan menjadi perang lambat dan bertahap yang akan kami lakukan," kata salah satu anggota Partai Buruh Jose Guimaraes.
Keputusan majelis rendah merupakan puncak berbulan-bulan 'pertempuran' terkait pemakzulan Rousseff. Pendukung pemakzulan mengatakan anggaran yang diselewengkan Rousseff melukai ekonomi negara terbesar di Amerika Latin itu. Mereka berpendapat satu-satunya cara melalui kelumpuhan ekonomi ini adalah dengan menyingkirkan Rousseff.
Baca juga, Brasil Alami Krisis Politik, Rousseff tak Akan Mundur.