REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Pihak keluarga mempertanyakan nasib Kapten Moch Ariyanto Misnan, anak buah kapal TB Henry yang diculik kelompok militan di Filipina sejak Jumat (15/4).
"Hingga saat ini belum ada informasi perkembangan pembebasan anak kami dan rekannya," kata ibunda Kapten Ariyanto, Melati Ginting (52) di Bekasi, Rabu (21/4).
Menurut dia, seluruh keluarga besar saat ini masih menanti kabar terkait nasib Ariyanto di rumahnya Taman Narogong Indah, Jalan Garuda 6 RT3 RW22, Kelurahan Pengasinan, Kecamatan Rawalumbu, Kota Bekasi, Jawa Barat. Keluarga mendesak pemerintah maupun perusahaan tempat Ariyanto bekerja dapat segera melakukan langkah kongkret untuk membebaskan para sandera.
"Sejak diculik hingga kini belum ada kejelasan sama sekali," katanya.
Melati mengatakan, pihak perusahaan PT Global Trans Energy International pernah mendatangi rumahnya pada Ahad (17/4) lalu. Perwakilan perusahaan meminta agar keluarga tetap bersabar, karena penyanderaan itu sedang ditangani oleh pemerintah.
"Kami harus bersabar sampai kapan, saya tidak tahu kondisi anak saya sekarang di mana dan keadaannya bagaimana," katanya.
Karena itu, keluarga menginginkan pemerintah Indonesia segera melakukan tindakan supaya Kapten Ariyanto segera dibebaskan dengan selamat. "Saya minta agar Presiden Joko Widodo menjalin komunikasi dengan Presiden Filipina untuk pembebasan para sandera tersebut," katanya.
Dia mengatakan, keluarga saat ini terus aktif memantau perkembangan informasi seputar kasus itu melalui sejumah media massa.
Dua kapal berbendera Indonesia dibajak di perairan perbatasan antara Filipina dan Malaysia. Dari sepuluh anak buah kapal, empat di antaranya masih disandera pembajak. Kedua kapal tersebut, yakni Kapal Tunda TB Henry dan Kapal Tongkang Cristi.