Jumat 22 Apr 2016 18:22 WIB

Calon Independen Lebih Disukai Publik

Ilustrasi Calon Independen. (Republika/Mardiah)
Foto: Republika/Mardiah
Ilustrasi Calon Independen. (Republika/Mardiah)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia Sebastian Salang menilai calon independen berpotensi besar untuk lebih disukai publik daripada calon dari partai politik. Hal tersebut dia sampaikan dalam sebuah diskusi politik di Kantor Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) di Jakarta, Jumat (22/4), menanggapi bursa calon gubernur pada pemilihan umum kepala daerah 2017.

"Selama ini masyarakat tidak disuguhkan dengan pilihan lain, akhirnya kebanyakan memilih calon dari parpol karena hanya itu saja pilihannya," tutur Sebastian.

Formappi menilai kecenderungan masyarakat untuk memilih calon dari independen juga berpangkal dari rasa kecewa terhadap partai politik yang dinilai belum bisa menyediakan solusi efektif bagi permasalahan di masyarakat. Belum lagi dengan adanya sejumlah kasus hukum yang menimpa anggota partai politik menambah kekecewaan masyarakat terhadap pejabat publik.

"Kekecewaan publik ke parpol sudah lama sekali, bahkan muak dengan parpol. Selain hanya diramaikan calon dari parpol, ada calon independen tapi tidak populer dan belum kuat (bersaing)," kata Sebastian.

Ia menilai munculnya sejumlah calon independen di Pilkada 2017 bisa mengubah konstelasi pemilihan kepala daerah di ibukota. Jika akhirnya muncul seorang calon independen yang kuat dan berkualitas maka masyarakat akan lebih menyukai calon independen tersebut daripada calon dari partai politik.

"Ini artinya masyarakat punya saluran yang tepat untuk menunjukan sikapnya terhadap partai politik. Ini adalah cara dari masyarakat untuk menggambarkan bahwa pilihan mereka selama ini bukan berdasar parpol, tapi karena individu yang berkualitas," katanya.

Oleh karena itu, fenomena ini akan menjadi pelajaran yang penting bagi partai politik agar bisa mengusung calon yang tepat dan disukai masyarakat.

"Kalau mereka tidak bisa mengusung calon yang tepat, bukan tidak mungkin masyarakat akan melawan, bukan tidak mungkin masyarakat akan menunjukan pilihan yang berbeda," tuturnya.

Selain itu, pelajaran yang bisa diambil partai politik adalah sistem kepartaian yang ada dinilai terlalu rumit dan gaya berpolitik yang berlaku pun lebih moderen.

sumber : antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...

Tahu gak? kalau ada program resmi yang bisa bantu modal usaha.

1 of 8
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَتَّخِذُوْا بِطَانَةً مِّنْ دُوْنِكُمْ لَا يَأْلُوْنَكُمْ خَبَالًاۗ وَدُّوْا مَا عَنِتُّمْۚ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاۤءُ مِنْ اَفْوَاهِهِمْۖ وَمَا تُخْفِيْ صُدُوْرُهُمْ اَكْبَرُ ۗ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الْاٰيٰتِ اِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُوْنَ
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan teman orang-orang yang di luar kalanganmu (seagama) sebagai teman kepercayaanmu, (karena) mereka tidak henti-hentinya menyusahkan kamu. Mereka mengharapkan kehancuranmu. Sungguh, telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang tersembunyi di hati mereka lebih jahat. Sungguh, telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu mengerti.

(QS. Ali 'Imran ayat 118)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement