Selasa 26 Apr 2016 15:05 WIB

Eksekusi Warga Kanada Cara Abu Sayyaf Minta Sandera Segera Ditebus

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Achmad Syalaby
Keluarga WNI yang disandera kelompok Abu Sayyaf, Agustin Pilohoma (50) dan Jemmy Repi (58) duduk di belakang foto putranya, Alfian Elvis Repi, di kediaman mereka di Desa Kauditan, Minahasa Utara, Sulawesi Utara, Rabu (6/4).
Foto: Antara/Adwit B Pramono
Keluarga WNI yang disandera kelompok Abu Sayyaf, Agustin Pilohoma (50) dan Jemmy Repi (58) duduk di belakang foto putranya, Alfian Elvis Repi, di kediaman mereka di Desa Kauditan, Minahasa Utara, Sulawesi Utara, Rabu (6/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Langkah eksekusi yang dilakukan oleh kelompok Abu Sayyaf terhadap warga negara Kanada dinilai sebagai salah satu modus untuk meningkatkan tekanan  kepada pemerintah baik di pusat mau pun lokal.

Direktur The Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA) Harits Abu Ulya mengatakan apa yang dilakukan kelompok Abu Sayyaf tersebut merupakan salah satu bentuk psy war dan teror agar tebusan yang diminta bisa dipenuhi. 

"Di samping  bisa meningkatkan bargaining tuntutan di luar soal tebusan uang terhadap pemerintah Filipina," kata dia kepada Republika.co.id, Selasa (26/4). Eksekusi ini, kata Harits, juga bisa saja terjadi dan dilakukan terhadap warga negara Indonesia (WNI) yang disandera. "Sangat rentan terjadi seiring dengan kebutuhan kelompok Abu Sayyaf terhadap dana dan perlawanan terhadap pemerintah Filipina," ujarnya.

Jika pemerintah Indonesia tidak mau kompromi soal uang tebusan, maka representasi pemerintah Indonesia (negosiator) yang sudah terkoneksi dengan kelompok Abu Sayyaf harus mampu meyakinkan dan mencairkan sikap kerasnya kelompok militan tersebut.

Seperti diberitakan sebelumnya, kelompok militan Abu Sayyaf memenggal seorang pengusaha Kanada yang mereka sandera setelah batas waktu pembayaran uang tebusan dilampaui. John Risdel (68 tahun), seorang konsultan pertambangan, tinggal di Filipina dan diculik bersama tiga orang lainya di Mindanao pada September tahun lalu. 

Sebuah kepala manusia ditemukan di sebuah pulau terpencil beberapa jam setelah tenggat waktu pembayaran yang ditetapkan Abu Sayyaf terlampaui. Namun, militer Filipina belum memastikan apakah kepala yang ditemukan itu adalah milik Risdel atau sandera lainnya.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْ حَاۤجَّ اِبْرٰهٖمَ فِيْ رَبِّهٖٓ اَنْ اٰتٰىهُ اللّٰهُ الْمُلْكَ ۘ اِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّيَ الَّذِيْ يُحْيٖ وَيُمِيْتُۙ قَالَ اَنَا۠ اُحْيٖ وَاُمِيْتُ ۗ قَالَ اِبْرٰهٖمُ فَاِنَّ اللّٰهَ يَأْتِيْ بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِيْ كَفَرَ ۗوَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَۚ
Tidakkah kamu memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim mengenai Tuhannya, karena Allah telah memberinya kerajaan (kekuasaan). Ketika Ibrahim berkata, “Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,” dia berkata, “Aku pun dapat menghidupkan dan mematikan.” Ibrahim berkata, “Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat.” Maka bingunglah orang yang kafir itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim.

(QS. Al-Baqarah ayat 258)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement