Senin 02 May 2016 17:21 WIB

Motif Polisi Bunuh Diri di Bali Masih Diselidiki

Rep: C30/ Red: Karta Raharja Ucu
Ilustrasi bunuh diri
Foto: Republika/Mardiah
Ilustrasi bunuh diri

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bripka I Made Swartawan bunuh diri, Senin (2/5) pukul 02.00 WITA. Tewasnya anggota Satres Narkoba Polres Karangasem, Bali, ini masih dalam penyelidikan kepolisian setempat.

Kadivhumas Mabes Polri Brigjen Boy Rafli Amar mengatakan, sampai Senin siang, polisi belum mendapatkan laporan hasil penyelidikan kasus bunuh diri itu. Penyelidikan tersebut kata dia untuk mencari tahu motif bunuh diri itu sendiri. "Sedang dilakukan investigasi untuk mengetahui lebih jauh tentang motif yang bersangkutan," ujar Boy, di Mabes Polri, Jakarta, Senin (2/5).

Boy menyayangkan ada anggota polisi yang bunuh diri. Apalagi anggota polisi tersebut bunuh diri menggunakan senjata api. Ia mengatakan, kepemilikan senjata api oleh anggota polisi memang perlu diperketat. Polres, kata dia, harus melakukan pengecekan secara berkala terhadap para pemegang senjata api.

Biasanya, kata Boy, pengecekan dilakukan dengan cara memeriksa kartu kepemilikan. Jika telah meninggal dunia, maka senjata tersebut akan ditarik sampai anggota tersebut melakukan pengajuan baru. Selain itu, kondisi senjata juga akan diperiksa untuk melihat senjata tersebut dirawat atau tidak.

Aksi bunuh diri bermula saat Swartawan pulang ke rumahnya di Dusun Tiyingtali Kelud, Abang, Karangasem, Bali, Senin dini hari. Polisi tersebut kesal lantaran baju seragam kepolisiannya tidak dicuci istrinya. Karena kesal, polisi tersebut mengusir istrinya, bahkan dia juga sempat mengancam akan membunuh sang istri.

Lantaran takut, istrinya yang bernama Ni Putu Ayu Ekawati (29 tahun) bergegas membawa anaknya keluar rumah menuju rumah mertuanya yang tidak begitu jauh. Masih dalam keadaan emosi, polisi tersebut mengikuti istri dan anaknya dengan membawa pistol.

Orang tua dari Swartawan sempat mencoba menghentikan cekcok yang terjadi antara anak dan menantunya itu. Sayang, orang tuanya pun tidak bisa menghentikan emosi anaknya di pagi buta itu.

Sebelumnya, Swartawan berniat membunuh istrinya. Namun, dia justru mengarahkan pistol tersebut ke keningnya. Hanya satu kali tembakan dan Swartawan sudah roboh ke lantai.

Kehidupan adalah anugerah berharga dari Allah SWT. Segera ajak bicara kerabat, teman-teman, ustaz/ustazah, pendeta, atau pemuka agama lainnya untuk menenangkan diri jika Anda memiliki gagasan bunuh diri. Konsultasi kesehatan jiwa bisa diakses di hotline 119 extension 8 yang disediakan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Hotline Kesehatan Jiwa Kemenkes juga bisa dihubungi pada 021-500-454. BPJS Kesehatan juga membiayai penuh konsultasi dan perawatan kejiwaan di faskes penyedia layanan
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement