REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Rodrigo Duterte, yang dijuluki "Donald Trump dari Asia", unggul dalam jajak pendapat awal pemilihan umum Filipina Senin (9/5).
Calon presiden yang terkenal dengan komentar-komentarnya yang keras tersebut mengumumkan rencananya pada Selasa (10/5), untuk memperbaiki sistem negara dari pemerintahan.
Duterte mengatakan jika terpilih nanti menjadi presiden, ia akan memperbaiki sistem pemerintahan negara. Ia akan mengalihkan kekuasaan dari "imperial Manila" ke provinsi-provinsi yang selama ini terabaikan.
Kemenangan Duterte pada Senin memang belum dikonfirmasi secara resmi. Namun perhitungan sementara menunukkan ia unggul besar dengan dua rival terdekatnya, yang sudah mengakui kekalahan.
Pada Selasa sore, penghitungan suara menunjukkan Duterte berhasil mengamankan 39 persen suara. Ia unggul lebih dari enam juta suara di bandingkan calon di posisi kedua. Hasil ini berdasarkan perhitungan 92 persen dari 54 juta pemilih.
Belum jelas kapan kemenangan resmi Duterte akan diumumkan. Namun, jika Duterte meraih kemenangan itu maka ia akan mulai bekerja pada 30 Juni.
Duterte belum memberikan komentarnya sejak terakhir muncul dalam pemilihan pada Senin. Namun juru bicaranya, Peter Lavina, mengatakan pada konferensi pers bahwa presiden baru akan mencari konsensus nasional untuk merevisi konstitusi. Ia akan mengalihkan dari pemerintahan format kesatuan menjadi model parlementer dan federal.
Lavina menambahkan, Duterte juga akan mengupayakan kesepakatan damai dengan kelompok pemberontak di selatan kepulauan. Selama ini pemerintah telah berupaya memadamkan militansi di wilayah tersebut.
Menanggapi kemenangan Duterte, Presiden Benigni Aquino III melalui juru bicaranya Sonny Coloma menyatakan menghormati pilihan rakyat. Sebelumnya Aquino menentang keras pencalonan Duterte yang disebutnya mengancam demokrasi dan menyamakannya dengan pemimpin Nazi, Adolf Hitler.
"Rakyat kami telah berbicara dan keputusan mereka kami terima dan hormati. Jalur pemerintahan yang baik, sudah dibentuk di mana semua calon presiden menentang korupsi," ujar Coloma.
Kritikus paling keras Duterte juga mengakui kemenangan calon kontroversial tersebut. Menurutnya kemenagan Duterte sudah tak diragukan lagi.
"Saya tak akan menjadi bagian yang tersiksa di tengah suasa meriah ini. Saya akan mundur, mendengarkan pernyataan kebijakannya. Kali ini kami tak mengharapkan aksi stand up komedi, tapi presiden yang akan membahas mengenai bangsa ini," kata Senator Antonio Trillanes IV.
Duterte memang mendulang dukungan dengan janji-janji kontroversialnya. Kiprahnya dalam memimpin Davao selama 22 tahun juga menjadi pertimbangan banyak pemilih. Duterte memang dikenal mampu 'mengusir' para penjahat, meski ia dituduh melakukan ratusan pembunuhan ekstra-yudisial.
Hal itu membuatnya dijuluki "Duterte Harry", merujuk pada karakter film Clint Eastwood yang kerap mengabaikan peraturan. Ia juga dibandingkan dengan calon presiden Amerika Serikat Donald Trump karena celotehannya yang keras dan blak-blakan.
Selama kampanye tiga bulannya, Duterte membuat janji-janji berani. Mulai dari memberantas kejahatan dan korupsi dalam waktu enam bulan, hingga menantang Cina dengan menempatkan bendera Filipina di wilayah yang diklaim Cina di Laut Cina Selatan.
Duterte menarik perhatian domestik dan internasional dengan pidatonya yang dibumbui lelucon tentang pemerkosaan. Ia juga sempat menuai kritik atas komentar kurang bijaksananya tentang Australia, Amerika Serikat dan Cina yang merupakan pemain kunci dalam politik negara.
Duterte memang belum mengartikulasikan kebijakan luar negerinya secara keseluruhan. Tapi ia telah menggambarkan dirinya sebagai sosialis yang waspada dengan aliansi keamanan AS-Filipina. Ia bahkan mengatakan pemberontak komunis bisa saja berperan dalam pemerintahannya.
Di dalam negeri, ia sempat mengancam akan menerapkan 'aturan satu orang' jika legislator menjegalnya di Kongres. Duterte pun mengatakan akan membuat pemerintahan revolusioner jika parlemen memperlambat pemerintahannya.
Namun dalam sebuah waancara di program televisi, seperti dilansir The Straits Times, Duterte sempat bersumpah akan menjadi pemimpin yang sesuai dan sopan saat menjabat sebagai presiden Filipina. Ia mengatakan akan bersikap layaknya presiden jika nanti memimpin negara itu.
"Saya perlu mengontrol mulutku. Saya tak bisa bastos (kasar) karena saya mewakili negara kami," kata Duterte dalam sebuah wawancara dengan pedeta.