Selasa 10 May 2016 19:23 WIB

Pengamat: Tak Pantas Jika Jokowi Dukung Setya Novanto

Bakal Calon Ketua Umum DPP Partai Golkar Setya Novanto pada acara sosialisasi Munaslub di kantor DPP Partai Golkar, Jakarta, Senin (2/5).  (Republika/Rakhmawaty La'lang)
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Bakal Calon Ketua Umum DPP Partai Golkar Setya Novanto pada acara sosialisasi Munaslub di kantor DPP Partai Golkar, Jakarta, Senin (2/5). (Republika/Rakhmawaty La'lang)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik dari Universitas Andalas, Pangi Syarwi menilai isu yang beredar bahwa pemerintah mendukung Setya Novanto dalam pemilihan Ketua Umum Partai Golkar di Bali adalah hal yang miris.

Dia pun mempertanyakan mengapa Presiden Jokowi memberikan 'restu' pada calon ketua umum yang diduga pernah mencoba mencatut namanya dalam kasus 'Papa Minta Saham'.

“Nampaknya tidak pantas Presiden Jokowi mendukung Setya yang pernah diduga mencatut namanya untuk membeli saham PT Freeport Indonesia. Dulu Presiden Jokowi marah tapi aneh kenapa kenapa mereka sekarang tiba-tiba bisa rukun dan bahkan isunya presiden mendukung Setya,” kata Pangi di Jakarta, Selasa (10/5).

Pangi juga menilai pastinya publik bertanya-tanya mengapa Presiden Jokowi mendukung Setya yang pernah diperiksa Kejagung karena ada niatan jahat dengan mencatut nama Jokowi.

“Memang menjadi tanda tanya besar, tapi itulah politik, semua bisa terjadi. Kita tidak pernah tahu ada ‘deal’ tertentu antara pemerintah dengan Setya jika dirinya terpilih menjadi Ketua Umum Golkar,” ujarnya.

Dia menjelaskan saat ini memang banyak partai yang mendekati Presiden Jokowi, termasuk Golkar karena memang selama ini partai berlambang Pohon Beringin tersebut dekat dengan partai penguasa.

Namun, lanjutnya, pemerintah juga harus berhati-hati dalam memberi dukungan kepada caketum Golkar karena akan menimbulkan persepsi negatif di tengah masyarakat.

“Saya kira masih banyak calon lain yang tidak memiliki masalah hukum dan memiliki rekam jejak yang baik, tapi jika pemerintah tetap mendukung Setya ya kita tidak akan pernah tahu ada kesepakatan apa antara mereka,” pungkasnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement