REPUBLIKA.CO.ID, PAMEKASAN - - Akademisi dari Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Pamekasan, Jawa Timur Caridi menyatakan, penyelesaian kekerasan seksual pada anak membutuhkan pendekatan sosial.
"Tidak cukup jika penyelesaian kekerasan seksual anak itu hanya melalui pendekatan hukum, apalagi dengan hukuman mati," kata Faridi kepada Antara di Pamekasan, Sabtu (14/5). Ia menjelaskan, faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap pembentukan karakter. Apalagi di era global yang ditandai dengan kebebasan informasi seperti sekarang ini.
Hampir semua orang, kata dia, saat ini bisa mengakses berbagai jenis informasi negatif yang bisa mempengaruhi alam bawah pemikiran anak."Jika pendekatan hanya dengan penegakan hukum, saya kira tidak akan optimal juga," katanya.
Selain itu, faktor pendidikan keluarga juga akan berpengaruh dalam membentuk karakter. Dosen yang juga pegiat penelitian pada yayasan Madura Institute ini menjelaskan, kekerasan seksual pada anak yang terjadi selama ini dan telah banyak warga yang menjadi korban, penyebab utamanya adalah faktor sosial.
"Upaya menekan kasus ini melalui pendekatan hukum, seperti yang diusulkan sebagai kalangan, memang perlu kita dukung, akan tetapi, ini bukan satu-satu solusi, dan perlu juga dilakukan melalui pendekatan sosial dan pendidikan," katanya.
Faridi juga mengaku, tidak setuju dengan usulan sebagian masyarakat yang menginginkan agar pelaku kekerasan seksual pada anak dihukum mati.
Menurut Faridi, hukuman mati bukan solusi terbaik dalam menyelesaikan persoalan, karena hal itu, melanggar hak hidup warga bangsa."Tapi memang upaya sistemik dari semua kalangan, baik pemerintah, masyarakat, maupun tokoh ulama, perlu dilakukan, karena kekerasan seksual anak sudah menjadi persoalan yang sangat meresahkan di negeri ini," katanya, menambahkan.