REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA -- Munaslub Partai Golkar mulai memanas. Hal itu disebabkan oleh adanya indikasi sejumlah pihak yang ingin memaksakan pemilihan calon ketua umum dilakukan secara terbuka. Namun, para caketum ramai-ramai menolak langkah tersebut.
''Cuma, masalahnya saya dengar desas-desus ada pihak yang ingin memaksakan pencalonan secara terbuka,'' kata calon ketua umum nomor urut 4 Mahyudin, di Nusa Dua, Bali, Ahad (15/5).
Menurutnya, dalam aturan tertulis yang tertera dalam AD/ART, pemilihan dilakukan secara tertutup. ''Ini kan ada yang mau main-main. Kalau main-main nanti Munaslub bermasalah, sehingga berpotensi untuk memunculkan konflik baru. Makanya wajib tertutup,'' jelasnya.
Calon ketua umum nomor urut 8 Syahrul Yasin Limpo, juga menolak pemilihan dilakukan secara terbuka. Apalagi, sudah ada aturan yang meminta pemilihan dilakukan secara tertutup. Meski proses pengesahan tata tertib Munaslub ada di dalam munas, tapi ia menilai mekanisme itu sudah baku pada semua proses demokrasi.
''Kan aturannya memang tertutup, kok diacak-acak lagi. Nanti bisa menimbulkan kecurigaan. Saya tidak setuju, harus tertutup. Saya yakin semua juga akan menolak,'' ucap Syahrul.
Begitu juga caketum lainnya Airlangga Hartarto, proses pemilihan dalam demokrasi itu berlangsung secara tertutup dalam Konvensi internasional. Sebab, jika pemilihan dilakukan secara terbuka, artinya mereka tidak mengacu pada asas demokrasi.
''Jadi itu harus tertutup, kalau tidak nanti sulit berjalan secara adil,'' ujarnya.
Seperti diketahui, pada Sabtu (14/5), terjadi ketegangan oleh Komisi A Munaslub yang membahas Tatib. Terjadi perdebatan dalam pembahasan penentuan mekanisme pemilihan apakah terbuka atau tertutup.