REPUBLIKA.CO.ID, ADELAIDE -- Peneliti dari Universitas Adelaide mendesak diberlakukannya kode etik untuk melindungi satwa liar seperti burung dari riset pesawat tanpa awak atau drone hingga dampak negatif dari praktek ini dipahami dengan benar.
Jarrod Hodgson dari Fasilitas Riset Pesawat Tanpa Awak Universitas Adelaide mengatakan pesawat drone memang menjadi alat survei lingkungan yang sangat membantu bagi kalangan ilmuwan namun masih sedikit riset yang dilakukan mengenai bagaimana dampaknya penggunaan drone ini terhadap satwa.
Oleh karena itu Ia menghendaki diperkenalkannya kode etik bagi kalangan ilmuwan dan penggemar drone untuk menggunakan pesawat tanpa awak itu dalam upaya pengawasan dan perlindungan satwa liar hingga riset mengenai hal ini rampung dilakukan.
"Kita hendak melakukan lebih banyak penelitian, terutama dengan burung dan berusaha untuk memahami seberapa besar tingkat gangguan dari drone ini atau seberapa dekat sebaiknya drone berada dari satwa yang menjadi obyek penelitiannya," kata Hodgson.
"Kami percaya penelitian yang lebih banyak mengenai gangguan-gangguan yang ditimbulkan dari drone, kita bisa mengembangkan protokol yang lebih spesifik pada spesies tertentu untuk meminimalkan gangguan yang mungkin terjadi."
Hodgson mengatakan semakin populernya drone berarti peraturan yang lebih spesifik pada hewan sangat diperlukan.
"Kami pikir sudah waktunya kita mendorong orang untuk menjadi operator drone yang bertanggung jawab dan juga untuk meningkatkan kesadaran mengenai hewan itu, meskipun mereka mungkin terlihat tidak terganggu, tapi bisa jadi keberadaan drone di angkasa cukup membuat mereka tertekan," katanya.
Hasil penelitian ini diterbitkan Selasa (24/5) di jurnal Cell Press Current Biology. Hodgson mengatakan dengan peningkatan penggunaan drone untuk penelitian, perdagangan dan rekreasi, maka penting bagi pengguna untuk mempertimbangkan bagaimana mereka dapat mempengaruhi pola pembibitan dan perilaku hewan.
"Sejauh ini secara umum orang-orang telah menerbangkan drone mereka dengan cara yang bertanggung jawab. Namun kami hanya berharap kesadaran mereka bisa ditingkatkan untuk lebih memastikan mereka melakukan semua yang bisa dilakukan untuk mengurangi gangguan," katanya.
Drone telah dipuji oleh peneliti burung sebagai cara untuk menjadi lebih tepat dalam melakukan teknik kuantifikasi. Polisi Belanda juga melatih elang untuk menyerang dan merebut drone yang nakal dari langit dalam upaya untuk mengekang penggunaan drone yang tidak aman.
Hodgson mengatakan tanggapan terhadap
drone bisa berubah dari spesies satu ke spesies yang lain dan ini sangat dipengaruhi oleh lokasi.
"Seekor burung yang tidak diserang oleh predator udara mungkin akan lebih tenang menghadapi suara dengungan drone. Tapi Kami pikir, seiring dengan berjalannya waktu, kita akan mampu menciptakan praktik yang spesifik bagi spesies akan mampu meringankan atau mengurangi gangguan potensial," katanya.
"Satwa liar mungkin tampaknya tidak terganggu tetapi mungkin ada alasan mengapa
binatang secara visual mungkin akan dapat terganggu," tambahnya.
"Seekor burung mungkin karena sedang mengerami telurnya, Ia jadi mungkin akan tetap bertahan di sarangnya dan berperilaku seperti biasatapi mungkin saja sebenarnya burung itu merasa cukup tertekan dengan kehadiran drone di dekatnya."
sumber : http://www.australiaplus.com/indonesian/2016-05-24/binatang-perlu-dilindungi-dari-dampak-penggunaan-drone/1583834