REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badai isu yang menerpa Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama ditengarai telah berdampak langsung pada tingkat elektabiltasnya. Saat ini, tren elektabilitas mantan Bupati Belitung Timur tersebut terus merosot terhitung sejak bulan April hingga Mei 2016.
Pengamat politik dari Pusat Kajian Politik dan Kebijakan Strategis Ahmad Nasuhi mengatakan, isu hukum dan masalah kebijakan seperti kasus korupsi pembelian lahan Rumah Sakit Sumber Waras, reklamasi Teluk Jakarta dan penggusuran pemukiman warga jadi faktor utama penurunan tersebut.
“Bulan April pengaruh isu itu memang belum begitu terasa. Masalahnya, isu itu terus menjalar dan berlanjut sampai sekarang,” katanya dalam sebuah acara diskusi di Cikini, Jakarta Pusat, Selasa (31/5).
Ahmad Nasuhi merujuk pada hasil survei bulan April yang dilakukan dua lembaga survei, Populi Center dan Lembaga Survei Stratak Indonesia. Populi menyebut elektabilitas Ahok berdasarkan top of mind 50.8 persen. Hasil ini tak jauh beda dengan survei Stratak Indonesia yang menempatkan elektabilitas Ahok 47.2 persen.
“Padahal survei bulan Maret elektabilitas Ahok berada di angaka 52 sampai 55 persen. Artinya, ada pengaruh isu itu meski belum signifikan,” ujarnya.
Nasuhi melanjutkan, tren penurunan makin tampak jika melihat elektabilitas Ahok pada bulan Mei. Berdasarkan hasil survei Cyrus Network, elektabilitas Ahok di bulan tersebut turun hingga angka 47.4 persen. “Ya kita tahulah Cyrus ini konsultannya Ahok, tapi tetap saja turun dibanding survei bulan Maret,” ucap dia.
Nasuhi memperkirakan pengaruh isu makin besar pada periode mendatang. Pasalnya, Ahok dan tim sejauh ini dinilai tak mampu menepisnya secara meyakinkan pada warga DKI. Justru, kata dia, fakta yang ada malah semakin memojokkan posisi Ahok dan membuatnya makin tenggelam dalam kubangan isu.
“Sampai kapan? Saya perkirakan hingga menjelang pelaksanaan Pilkada. Karena buktinya fakta-fakta baru terus terungkap,” jelasnya.
Bahkan, tambah Nasuhi, kekuatan isu tersebut mampu mengubah preferensi para pendukung Ahok sendiri yang ditunjukkan dengan ketidakpaduan mereka mengawal isu di media sosial. “Kalau sesama pendukung saling serang berarti kan ada yang tidak beres,” ujar dia.