REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Volume sampah di Kota Yogyakarta setiap hari cukup banyak. Berdasarkan data Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Yogyakarta sampah yang dibuang dari Kota Yogyakarta ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan setiap hari ada 240 ton.
Dari jumlah itu 54 persennya merupakan sampah organik, 14 persen plastik, dan disusul sampah kertas sebanyak 13 persen.
"Jika sampah organik, maksimal hanya enam bulan sudah terurai. Tapi sampah plastik ini bisa mencapai 80 tahun. Jika tidak ada upaya untuk mengurangi, maka bisa menjadi ancaman bagi lingkungan," ujar Kasubid Daur Ulang Sampah BLH Kota Yogyakarta, Faizah, di Balaikota Yogya, Rabu (1/6).
Karena itulah BLH mencoba menerapkan konsep ecobricks dalam penanganan sampah plastik di Yogyakarta. Menurutnya, pihaknya sudah melakukan sosialisasi awal dengan melibatkan kaum perempuan. Responsnya ternyata sangat tinggi sehingga akan diperluas melibatkan elemen lain.
Bahkan pada Jumat (3/6) mendatang, BLH akan meluncurkan gerakan ecobricks dengan ratusan masyarakat. Langkah ini dinilai efektif karena bisa dilakukan semua orang di Yogyakarta untuk pemanfaatan sampah plastik
Konsep pengolahan sampah platik dengan ecobrics sendiri menurutnya sangat sederhana. Sistem ini dilakukan hanya dengan memasukkan sampah plastik jenis apapun ke dalam botol.
Syaratnya, sampah plastik tersebut harus dalam keadaan bersih dan kering. Setelah masuk ke dalam botol, maka tinggal dilakukan pemadatan menggunakan tongkat atau kayu stik.
Satu botol ukuran 600 mililiter mampu diisi dengan 250 gram sampah plastik. Sehingga daya tampungnya pun sangat besar. Setelah penuh terisi, maka hanya tinggal ditutup dan kemudian dapat dimanfaatkan sebagai bahan konstruksi.
Botto-botol ecobricks tersebut bisa untuk digunakan sebagai dasar membuat meja, kursi, dinding dan konstruksi apapun.
"Daya tahannya juga sangat lama, seusia terurainya sampah plastik tersebut," ujarnya.
BLH sendiri menurutnya, sudah melakukan ujicoba dengan mengumpulkan 6 ribu botol ecobricks dari masyarakat. Volume sampah plastiknya sangat fantastis, yakni 1,5 ton yang akhirnya tidak dibuang ke TPA Piyungan.
Oleh karena itu, jika setiap rumah tangga mampu mempraktekkan, maka secara tidak langsung akan mengurangi usia sampah.