REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Kota Makassar sedang mengembangkan sistem pengelolaan sampah cerdas (smart waste management system). Lewat sistem ini, proses reduksi sampah diukur secara sistem cerdas, misalnya penimbangan sampah yang sudah terseparasi.
Pemisahan sampah tersebut dilakukan dengan timbangan daring yang langsung ke pusat komando Makassar. Wali Kota Makassar Mohammad Ramadhan Pomanto mengatakan saat ini sudah ada 300 bank sampah yang terbentuk atas inisiasi warga Makassar. Sebanyak 250 di antaranya telah terdaftar sebagai usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) koperasi dan UMKM digital, serta delapan diantaranya sudah mendapatkan kredit usaha rakyat (KUR).
"Manajemen sampah perkotaan di Makassar dijalankan dengan melibatkan partisipasi publik ditambah dengan program yang manfaatnya dirasakan langsung oleh warga," ujarnya, Kamis (2/6). Misalnya saja, adanya program sampah yang bisa ditukar dengan beras, gas elpiji tiga kilogram, ataupun bahan kebutuhan pokok lainnya.
Bagi masyarakat pulau yang membutuhkan air bersih, ada program sampah yang dapat ditukar dengan air galon. Sampah di Makassar juga bisa jadi tabungan bagi anak sekolah.
Danny, sapaan akrabnya, menekankan sistem cerdas ini dibuat untuk Indonesia dengan kelembagaan yang jelas. Danny pun meminta agar kota-kota di Indonesia yang sudah dianggap mampu menjalankan sistem cerdas ini diberikan otoritas lebih agar bisa mempercepat penerapannya.
Sistem cerdas ini dibangun dari daerah ke pusat (bottom up) bukan dari pusat ke daerah (top down). "Jangan dari pusat ke daerah karena sangat susah pemahamannya. Akan tetapi, biarkan daerah menerapkan dan mengembangkan konsep smart city yang sesuai kebutuhan masyarakatnya," kata dia. Pemerintah pusat harus mendukungnya secara global (nasional) termasuk regulasi yang dibutuhkan.