Ahad 12 Jun 2016 10:52 WIB

Habis Banjir Rob Muncullah Sampah

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Damanhuri Zuhri
Sampah dan lumpur pascabanjir rob (ilustrasi).
Foto: ANTARA FOTO/Fiqman Sunandar
Sampah dan lumpur pascabanjir rob (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Sejumlah rumah dan pemukiman warga sudah tak tergenang air lagi. Banjir rob yang menggenangi lantai rumah ratusan warga berhari-hari sudah menyurut Ahad (12/6). Sampah yang tersisa bawaan banjir menambah pekerjaan ekstra warga selepas sahur.

Air pasang laut dari Teluk Lampung sepekan terakhir, membuat ratusan rumah warga di Kelurahan Sukaraja, Kecamatan Bumiwaras, Bandar lampung, tergenang. Genangan yang mencapai 30 sentimeter, membuat warga resah.

Kejadian banjir rob tahun ini dinilai terbesar. Biasanya air pasang hanya membasahi jalan dan pekarangan rumah warga. Selain itu, air pasang biasa terjadi pagi atau petang hari, lalu tak lama surut kembali.

Setelah air menyurut, warga masih harus menanggung beban baru saat menjalani ibadah Ramadhan. Hilangnya air bukannya membuat warga lega. Warga masih harus bertarung membersihkan sampah-sampah bawaan air laut, yang masih menyekat lantai dan tiang-tiang rumah serta lingkungannya.

“Banjir sudah surut, tinggal sampah yang buat pusing kami,” ungkap Husni, warga setempat. Ia terpaksa mengerahkan anak-anaknya membersihkan sampah yang tertinggal dari banjir.

Kondisi sampah menjadi masalah kawasan pesisir Teluk Lampung sejak lama. Sampah-sampah yang datang berasal dari laut dan menepi di bibir pantai hingga masuk pemukiman warga saat air pasang. Belum diketahui pasti, sampah tersebut apakah berasal dari sampah rumah tangga, pabrik, atau buangan dari kapal.

 

Menurut warga, sampah yang ada berasal dari laut yang dibawa ombak hingga mencapai bibir pantai. Sampah-sampah tertinggal saat air menyurut. Tumpukan berbagai jenis sampah menimbulkan aroma tidak sedap lingkungan warga yang tinggal di wilayah pesisir Teluk Lampung.

Tak hanya warga, nelayan pun merasa terganggu dengan hadirnya sampah di laut. Hasil tangkapan ikan nelayan berkurang karena merebaknya sampah di laut. Nelayan yang berada di pinggir pantai, merasa terusik dengan banyaknya sampah laut.

Sampah yang berseliweran di laut membuat nelayan sulit menangkap ikan. Jaring-jaring ikan banyak tersangkut sampah berkemas plastik. “Bukannya ikan yang masuk, tapi sampah yang terbawa dan susah menariknya,” kata Rusdi, nelayan payang.

Pantai Sukaraja juga menjadi endapan terakhir sampah berasal dari laut. Tumpukan sampah yang melimpah membuat wajah pantai di sana tidak elok lagi. Warga yang biasa membeli ikan hasil tangkapan nelayan, enggan menuju tempat tersebut, karena bau menyengat dan lalat berhamburan.

“Kami malas ke sana (pantai Sukaraja) sampahnya tidak hilang-hilang. Padahal yang jual ikan di sana murah dan segar baru ditangkap,” tutur Lina, warga Tanjungkarang Barat, yang biasa membeli ikan langsung dari nelayan.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement