REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo menilai rencana Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu untuk membentuk badan intelijen di tubuh Kementerian Pertahanan tak akan berimbas pada badan intelijen lain yang telah lebih dulu berdiri.
Ia yakin ketika rencana itu direalisasikan, sudah ada struktur serta tugas pokok dan fungsi yang jelas bagi lembaga baru tersebut.
"Enggak akan ada tumpang tindihnya lah. Pasti sudah ada strukturnya sendiri," kata Gatot, Ahad (13/6).
Kendati begitu, Gatot enggan berkomentar banyak mengenai perlu atau tidaknya lembaga itu dibentuk. Namun menurutnya, pasti akan ada koordinasi jika lembaga itu benar-benar akan dibentuk.
"Saya tidak berkomentar untuk mendesak atau tidak pembentukannya itu," kata dia.
Sebelumnya, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menilai perlu peningkatan peran intelijen termasuk di kementeriannya untuk mengantipasi terjadi aksi teror. Hal tersebut dikatakan Ryamizard menanggapi penangkapan tiga terduga teroris di Surabaya, Jawa Timur, baru-baru ini.
"Teroris yang di Surabaya, kita lihat dari situ, ancaman apa. Kemenhan harus ngerti. Makanya intelijen sangat penting," kata Ryamizard, Kamis (9/6).
Di kementeriannya, peran intelijen sangat penting sebagai pemasok informasi tentang pertahanan negara. Namun sampai saat ini intelijen di tubuh Kemenhan belum juga terbentuk.
"Bagaimana tahu ancaman kalau intelijen enggak ada. Untung saya ngerti, lain-lain juga ngerti. Setiap ada masalah semua meresponsnya," kata dia.
Ryamizard menuturkan di dunia ini hanya Kemenhan RI saja yang tak memiliki intelijen sendiri.
"Coba cari di dunia Kemenhan yang nggak ada intelijen cuma kita," katanya.