REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebanyak tujuh Warga Negara Indonesia (WNI) dikabarkan kembali menjadi korban penyanderaan kelompok radikal asal Filipina, Abu Sayyaf. Pemerintah mengaku hingga saat ini masih berusaha melakukan konfirmasi atas info tersebut.
"Pemerintah ingin memastikan kebenaran kabar itu," ucap Sekretaris Kabinet Pramono Anung di Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu (22/6).
Sebelumnya, 14 orang awak buah kapal asal Indonesia pernah menjadi tawanan Abu Sayyaf. Semua WNI pada akhirnya berhasil dibebaskan dalam keadaan selamat. Pemerintah menyebut tak ada uang tebusan yang dikeluarkan.
Belajar dari pengalaman sebelumnya, Pramono mengatakan bahwa pemerintah sudah tahu langkah-langkah cepat apa yang harus dilakukan apabila info tujuh WNI yang ditawan tersebut terkonfirmasi.
"Karena kita sudah punya pengalaman dua kali proses pembebasan. Kita sudah mempunyai networking terhadap hal itu," ucap Seskab.
Presiden Jokowi, sambung dia, akan segera melakukan pertemuan dengan Menko Polhukam, Menteri Luar Negeri, Panglima TNI dan empat kepala staf TNI di Natuna pada Kamis (23/6) esok. Dalam pertemuan tersebut akan dibahas masalah keamanan laut Indonesia agar pembajakan di perairan tak kembali terulang.