REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Polri mengungkap kasus pembuatan dan peredaran vaksin palsu di sejumlah kota, termasuk Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi. Temuan itu menambah daftar tindak pidana kejahatan di dunia medis.
Sekretaris Dinas Kesehatan Kota Bekasi Jawa Barat, Tetty Manurung mengatakan ada beberapa karakteristik untuk membedakan vaksin asli dan palsu. Ia menyatakan keaslian suatu vaksin secara resmi hanya dapat diuji dengan pemeriksaan laboratorium.
"Secara kasat mata, vaksin yang palsu itu dari sisi packaging-nya kasar, kode batch yang ada di kardus itu agak buram cetakannya, lalu warna agak berbeda dengan vaksin asli," ujarnya kepada Republika.co.id, Jumat (24/6).
Meski begitu, Tetty mengakui tidak mudah mengenali suatu vaksin palsu. Tenaga medis seperti dokter atau bidan juga belum tentu mengetahui vaksin yang dia gunakan asli atau palsu. Dalam beberapa kasus, vaksin sudah disiapkan langsung dari klinik atau apotik tanpa sepengetahuan dokter. Karena itu, menurut Tetty, banyak hal yang harus diselidiki.
Kementerian Kesehatan berjanji akan mendata kembali bayi-bayi yang terkena vaksin palsu ini. Tetty mengakui, langkah itu merupakan pekerjaan berat. Ia mengimbau kepada masyarakat, khususnya orang tua balita, untuk mengecek ulang lokasi-lokasi imunisasi dasar yang sudah diterima anak-anak mereka.
Apabila ada lokasi imunisasi yang tidak meyakinkan atau disinyalir menggunakan vaksin palsu, orang tua dapat membawa kembali anaknya ke rumah sakit tepercaya. Rekam medis tersebut dapat diketahui lewat kartu imunisasi.
Menurut temuan Bareskrim Mabes Polri, ada lima jenis vaksin yang dipalsukan. Kelima vaksin tersebut antara lain, campak, polio, BCG, tetanus, dan hepatitis B. Terkait kemungkinan adanya jenis lain vaksin palsu, Dinas Kesehatan Kota Bekasi sedang melakukan koordinasi dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
Ia menyatakan, pemeriksaan sampel vaksin di rumah sakit dan klinik-klinik swasta sekarang sedang dilakukan. Tetty menduga tidak mustahil ditemukan adanya vaksin palsu jenis lain.
Apalagi, pemerintah tidak mengetahui sudah berapa lama kasus peredaran vaksin-vaksin palsu ini di tengah masyarakat. Pemeriksaan sampel yang sedang dilakukan akan mengarah kepada beberapa jenis vaksin lain.
"Tidak menutup kemungkinan ada jenis vaksin lain yang dipalsukan karena mengingat yang ditemukan saja sudah ada lima macam yang palsu. Apalagi jaringannya sudah sedemikian luas. Saya menduga ada juga," jelasnya.