Sabtu 25 Jun 2016 02:25 WIB

Polri: Peredaran Vaksin Palsu Telah Terjadi Belasan Tahun

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Bayu Hermawan
Vaksinasi palsu (ilustrasi)
Foto: abc
Vaksinasi palsu (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktorat Tindak Pidana Ekonomi Khusus (Dirtipideksus) Bareskrim Polri menyatakan peredaran vaksin palsu penyebab bayi meninggal telah terjadi selama belasan tahun.

Dirtipideksus Bareskrim Polri, Brigjen Agung Setya menyebut pengungkapan vaksin bayi palsu berasal lewat informasi masyarakat mengenai adanya bayi meninggal dunia usai diimunisasi. Atas dasar itulah mengumpulkan data-data dan fakta di lapangan untuk dijadikan bahan penyelidikan.

"Kasus ini sudah kita selidiki sejak 3 bulan lalu dan sekarang terungkap bahwa peredaran vaksin palsu untuk imunisasi bayi sudah berlangsung selama belasan tahun," katanya.

Usai munculnya kasus itu, ia meminta masyarakat untuk peduli terhadap kualitas kesehatan anak-anak. Di sisi lain, Agung belum bisa menentukan apakah ada oknum Kemenkes yang terlibat dalam kasus itu. Namun ia menegaskan kasus ini sudah mengusik kemanusian.

"Untuk Rumah Sakit tertentu, apotik dan bidan, sudah ada yang terindikasi terlibat. Terungkapnya vaksin bayi palsu ini juga telah menimbulkan keresahan di masyarakat. Ini yang harus kita ungkap," ujarnya.

Sementara itu, Agung mengatakan kepolisian telah mengirimkan sampel vaksin palsu ke Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) untuk diperiksa komposisi kandungannya.

Hingga saat ini, polisi telah mengamankan 10 orang tersangka dalam kasus praktik peredaran vaksin palsu untuk balita.

"Total tersangka kasus ini ada 10 orang terdiri dari lima orang produsen, dua kurir, dua penjual dan satu orang pencetak label," ujarnya.

Sebelumnya Bareskrim Polri berjanji berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan guna mendata jumlah balita yang ditengarai pernah divaksin menggunakan vaksin palsu. Langkah ini ditempuh menyusul terkuaknya praktik peredaran vaksin palsu untuk balita.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement