REPUBLIKA.CO.ID, TIGRAY -- Setiap hari Bihanu Haftu berjalan selama empat jam untuk mengambil air di wilayah Tigray di utara Ethiopia. Kekeringan telah melanda wilayah tersebut tahun ini dan anak-anak seperti Haftu harus berjuang di tengah kemiskinan.
"Kami mengambil air di gelas-gelas, kemudian membawanya pulang dengan jeriken. Saya jadi tak belajar di malam hari karena sudah terlalu lelah," kata bocah 13 tahun itu.
Haftu merupakan satu di antara 247 anak-anak di sub-Sahara Afrika yang menghadapi kemiskinan. PBB mengatakan, ia termasuk anak-anak yang harus bertahan hidup di tengah minimnya pendidikan dasar dan bahan kebutuhan lain.
Dalam sebuah laporan yang dirilis Selasa (28/6), badan anak-anak PBB UNICEF mengatakan pada 2030 diperkirakan ada 69 juta anak-anak yang terancam kematan dini jika para pemimpin politik gagal mengatasi ketidaksetaraan global.