REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) hingga kini belum mengetahui kandungan zat vaksin palsu yang marak beredar belakangan ini. Kasus vaksin palsu tersebut mencuat sejak ekspose oleh Bareskrim Polri pada Rabu (22/6) lalu.
Namun, menurut Plt Kepala BPOM Tengku Bahdar Johan, hingga siang ini, Selasa (28/6), pihak Bareskrim Polri belum juga meminjamkan sampel barang bukti kepada BPOM. Itu agar kandungan zat semua vaksin palsu itu bisa diteliti pada laboratorium BPOM.
“Janjinya siang ini (Bareskrim meminjamkan sampel). Saya belum cek di laboratorium. Tapi pasti dikasih lah,” kata Tengku Bahdar Johan dalam jumpa pers di kantor BPOM, Jakarta, Selasa (28/6).
(Baca juga: Kemenkes akan Vaksinisasi Ulang Korban Vaksin Palsu)
Sejauh ini, lanjut Tengku, BPOM baru mengetahui kandungan zat satu vaksin palsu. Namun, menurutnya, tak ada kandungan zat berbahaya di dalamnya.
“Kemarin yang tahu isinya cuman Tuberkulin. Yang lainnya belum diperiksa. Itu isinya gentamicin. Itu antibiotik dicampur air. Itu efeknya apalagi dipakai cuman 0,05 mililiter itu kan tuberkulin untuk mantuk. Itu boleh dikatakan aman,” jelasnya.
Dia menuturkan, publik akan kesulitan untuk membedakan vaksin palsu daripada yang asli. BPOM pun sudah membentuk tim yang terdiri atas tiga produsen vaksin asli. Itu untuk menentukan mana saja vaksin yang dipalsukan. Karenanya, bagi pihak rumah sakit atau klinik yang merasa perlu untuk mengecek ulang kandungan vaksin yang telah dibeli, bisa menghubungi tim tersebut.
“Jadi kalau ada yang curiga, telpon kami di 1500533, nanti kami (datang) dengan tim kami untuk mengecek,” ujarnya.