REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Para pemimpin Uni Eropa menggelar pertemuan puncak hari kedua di Brussels tanpa kehadiran perwakilan Inggris. Pertemuan digelar setelah para pemimpin Uni Eropa bertemu dengan Perdana Menteri Inggis David Cameron.
BBC News melaporkan, Kanselir Jerman Angela Merkel mendesak Uni Eropa menghormati hasil referendum Inggris. Tapi ia dan para pemimpin lainnya juga menuntut Inggris segera mengatur rencana meninggalkan blok tersebut.
Mereka bersikeras tak akan ada negosiasi sebelum Inggris menotifikasi Pasal 50 Perjanjian Lisbon, yang akan memicu pembicaraan terkait keluarnya Inggris.
Pertemuan pada Selasa (28/6) di Brussels merupakan KTT terakhir Uni Eropa yang dihadiri Cameron. Setelahnya 27 pemimpin lainnya akan berkumpul membahas masa depan tanpa kehadiran Inggris. Ini pertama kalinya selama lebih dari 40 tahun.
Presiden Komisi Eropa Jean-Claude Juncker mengatakan Inggris tak memiliki waktu lama untuk 'bermeditasi' sebelum mengaktifkan Pasal 50.
"Jika seseorang dari kampanye anti-Brexit yang menjadi perdana menteri, ini harus dilakukan dalam dua pekan setelah pengangkatannya. Jika perdana menteri Inggris berikutnya dari kampanye pro-Brexit maka harus dilakukan sehari setelah pengangkatannya," kata Juncker.
Pada Selasa, Cameron mengatakan sebagian Uni Eropa ingin hubungan yang dekat dengan Inggris setelah British Exit atau Brexit. Ia mengatakan diskusi dengan para pemimpin Uni Eropa berlangsung tenang, konstruktif dan bertujuan.
Cameron mengatakan ada 'penghormatan' universal atas keputusan Inggris meninggalkan Uni Eropa meski di sana terselip nada sedih dan penyesalan.