Rabu 06 Jul 2016 00:40 WIB

Imam Besar Istiqlal: Bom Bunuh Diri tidak Islami

 Imam Besar Masjid Istiqlal Nasarudin Umar (kanan) bersama Ketua DP MUI Din Syamsuddin saat menghadiri Rapat Pleno ke-7 Dewan Pertimbangan MUI di Jakarta, Rabu (20/4).(Republika/Wihdan)
Foto: Republika/ Wihdan
Imam Besar Masjid Istiqlal Nasarudin Umar (kanan) bersama Ketua DP MUI Din Syamsuddin saat menghadiri Rapat Pleno ke-7 Dewan Pertimbangan MUI di Jakarta, Rabu (20/4).(Republika/Wihdan)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar menyatakan pelaku dan tindakan bom bunuh diri yang belakangan marak terjadi adalah tidak islami, Menurutnya perbuatan itu tidak pernah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya.

"Kejadian bom bunuh diri di Madinah, Turki, Afaghanistan dan dalam negeri itu adalah jalan pintas, tidak dibenarkan syariat dan tidak pernah dicontohkan nabi dan sahabatnya, jika itu dibenarkan mengapa tidak dicontohkan, padahal setiap hari nabi itu berperang, sahabat setiap hari menghadapi tantangan," kata Nasaruddin, di Masjid Istiqlal, Jakarta, Selasa (5/7).

Nabi Muhammad SAW sendiri, kata Nasaruddin, memerintahkan agar dalam peperangan jangan mengorbankan orang tua, perempuan, pepohonan dan hewan serta merusak rumah ibadah. "Islam tidak mengajarkan untuk berperang dengan masyarakat sipil, jika peperangan harus militer dengan militer, itu yang dicontohkan nabi," ujarnya lagi.

Nasaruddin menegaskan sangat tidak tepat orang yang mengatasnamakan Islam dengan melakukan kekerasan seperti pemboman. Sebab Allah SWT mencintai kelembutan dan kasih sayang bukan sebagai tuhan penghukum atau penyiksa.

"Jadi kualitas islam yang baik adalah orang yang mencontoh visi dan misi pada bulan Ramadan dengan menebarkan kasih sayang kepada sesama, karena sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi sesama. Allah SWT mengatakan bukan hanya untuk warga muslim tetapi juga untuk agama lain, apa pun warga negaranya. Tidak ada tempat bagi mereka yang melakukan kekerasan atas nama Islam," tuturnya.

Dia mengimbau, umat Islam Indonesia lebih matang, arif dan bijaksana, sehingga tidak mudah terpancing dengan keadaan apa pun terutama generasi mudanya agar menyalurkan energinya untuk berjihad dalam hal positif seperti memerangi kemiskinan dan juga kebodohan.

"Mereka generasi muda yang energinya terbuang percuma, jika harus berjihad di jalan seperti itu, masa orang harus terbunuh. Ini sangat disayangkan, karena energinya bisa untuk disalurkan dalam jihad memerangi kemiskinan dan kebodohan," ujarnya pula.

Karena itu, lanjut dia, semua pihak harus berhati-hati, jangan sampai 'menari' di tabuh genderang yang salah, karena karakter beragama di Indonesia beragama secara akal sehat dan lemah lembut.

"Karenanya Masjid Istiqlal juga harus bisa memancarkan energi positif itu, karena masjid ini juga merupakan lambang pemersatu bukan hanya umat islam saja, tapi umat dan warga bangsa lain," kata dia menambahkan.

Kehidupan adalah anugerah berharga dari Allah SWT. Segera ajak bicara kerabat, teman-teman, ustaz/ustazah, pendeta, atau pemuka agama lainnya untuk menenangkan diri jika Anda memiliki gagasan bunuh diri. Konsultasi kesehatan jiwa bisa diakses di hotline 119 extension 8 yang disediakan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Hotline Kesehatan Jiwa Kemenkes juga bisa dihubungi pada 021-500-454. BPJS Kesehatan juga membiayai penuh konsultasi dan perawatan kejiwaan di faskes penyedia layanan
sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement