REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Patroli bersama antara militer Indonesia, Filipina dan Malaysia belum juga berjalan hingga peristiwa pembajakan kembali terulang untuk keempat kalinya. Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan, patroli bersama butuh latihan terlebih dahulu.
Namun, latihan bersama itu hingga kini juga belum dilaksanakan. Menhan beralasan, terkendala masa puasa dan libur Idul Fitri. "Patroli itu kan harus latihan dulu, kalau enggak latihan bisa kacau. Latihan ini kan terkendala puasa dan lebaran," ujar Ryamizard di Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (11/7).
Berbeda dengan Menhan, Panglima TNI Gatot Nurmantyo menyebut prajurit militer yang dimiliki tiga negara sudah terlatih sehingga tak dibutuhkan latihan bersama lagi. "Kalau latihan bersama doang, mau ngapain?" ujarnya.
(Baca: Kemenlu Konfirmasi Penyanderaan Tiga WNI)
Bagi Gatot, yang terpenting, ada kesepakatan di antara tiga negara bahwa jika ada kejadian pembajakan dan penyanderaan lagi, di manapun tempatnya, maka angkatan laut yang mengetahui lebih dulu dapat langsung bergerak. Saat ini, angkatan laut Indonesia, Filipina dan Malaysia hanya berjaga di perbatasan masing-masing, belum bisa melintas ke wilayah negara lain.
Lebih lanjut, Panglima mengatakan, pemerintah juga ingin agar Filipina mengizinkan militer Indonesia mengawal kapal-kapal batu bara yang hendak menuju ke negara mereka. Menurut dia, pemerintah sudah mengajukan permohonan tersebut namun belum ada jawaban dari Filipina.
"Kalau ada izin, prajurit saya dengan senang hati. Kita tunggu saja, berani tidak Abu Sayyaf ngambil," ujarnya.