Jumat 15 Jul 2016 23:01 WIB

Serangan Truk di Nice Cerminkan Modus Baru di Eropa

Red: M Akbar
Truk yang dipakai dalam serangan di Nice, Prancis
Foto: AP
Truk yang dipakai dalam serangan di Nice, Prancis

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSEL -- Para pemimpin dan kepala keamanan negara-negara Eropa punya pesan serius pascapembantaian pada Hari Bastille di Nice, yaitu bahwa serangan tunggal menggunakan kendaraan biasa hampir tidak mungkin dicegah dan aksi itu bisa dilakukan oleh siapa pun.

"Kita telah berpindah ke era baru," kata Perdana Menteri Prancis Manuel Valls. "Dan Prancis terpaksa harus hidup dengan terorisme."

Mitranya dari Belgia, Charles Michel, mengatakan di Brussel bahwa "jangan katakan 'tidak ada risiko'." Brussel sendiri pada Maret mendapat serangan milisi ISIS dan menjadi tempat mereka merancang serangan Paris pada November tahun lalu.

"Kita saat ini menghadap modus operandi berbeda," katanya Michel di Brussel.

Seperti kota-kota di Prancis, Brussel masih bersiaga penuh dengan mengerahkan pasukan dan polisi bersenjata berat di jalanan serta untuk melakukan penjagaan pada acara-acara publik. Michel mengatakan Belgia telah mengantisipasi risiko dan siap menjaga pelaksanaan perayaan hari nasional negara itu Kamis depan.

Seorang pria warga negara Prancis kelahiran Tunisia, dan berusia 31 tahun, pada Kamis mengendarai truk sewaan sejauh dua kilometer di sepanjang pinggir pantai Promenade des Angalais. Wilayah itu sedang ditutup dan tengah dipenuhi oleh ribuan orang yang bersuka ria menyaksikan atraksi kembang api.

"Apa yang bisa kita lakukan untuk mencegah ini?" kata Andre Jacob, mantan kepala bagian kontraterorisme pada dinas Keamanan Negara Belgia kepada Reuters. "Tidak mungkin dicegah. Bahkan walaupun kita punya petunjuk."

Bahwa si penyerang bisa menabrak hingga menewaskan 84 orang, aksi itu tidak hanya membuat orang terkejut. Kepadatan kerumunan serta berat dan kecepatan laju truk membuat dampak serangan itu begitu mematikan dibandingkan serangan-serangan serupa.

Tragedi itu juga mencerminkan kurangnya perintang di jalanan serta terbatasnya persenjataan para personel polisi yang sedang bertugas. Sekitar 25 lubang bekas peluru bertebaran di kaca depan truk, yang tegak berdiri ketika berhenti dan si pengendara ditembak mati.

Kaca dalam keadaan tidak hancur. Tidak ada tanda-tanda bahwa truk itu merupakan kendaraan lapis baja. Jadi, truk itu tampaknya digempur oleh para petugas kepolisian yang hanya menggunakan pistol biasa, bukan senapan otomatis berdaya tinggi yang biasanya dipegang pasukan dan dituntut untuk digunakan oleh polisi dalam keadaan darurat.

Jacob menggarisbawahi bahwa pasukan keamanan di tempat kejadian hanya akan mendapatkan sedikit waktu untuk bertindak dan, karena itu, harus berupaya menembak target yang sedang bergerak cepat tanpa membunuh orang-orang tak bersalah.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement