Sabtu 23 Jul 2016 09:44 WIB

Pihak Korban Vaksin Palsu: Jawaban RSIA Sayang Bunda tak Memuaskan

Rep: Kabul Astuti/ Red: Bayu Hermawan
Orang tua korban vaksin palsu mendatangi Rumah Sakit Ibu Anak (RSIA) Sayang Bunda, Babelan, Bekasi, Jawa Barat, Jumat (22/7). (Republika/Yasin Habibi)
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Orang tua korban vaksin palsu mendatangi Rumah Sakit Ibu Anak (RSIA) Sayang Bunda, Babelan, Bekasi, Jawa Barat, Jumat (22/7). (Republika/Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Rumah Sakit Ibu Anak (RSIA) Sayang Bunda, Jalan Raya Pondok Ungu Permai, Kec Babelan, Kab Bekasi, Jawa Barat menyampaikan jawaban atas sejumlah tuntutan orang tua pasien terindikasi korban vaksin palsu. Kendati demikian, jawaban pihak manajemen rumah sakit dinilai tidak memuaskan.

Koordinator Orang Tua Korban Terindikasi Vaksin Palsu RSIA Sayang Bunda, Ronisanti, mengakui pihak manajemen RSIA Sayang Bunda sudah mempunyai niatan baik dan komitmen untuk siap bertanggung jawab atas segala kerugian yang ditimbulkan oleh vaksin palsu.

Pihak RS akan membuka posko pengaduan di RS tersebut dalam waktu dekat. RSIA juga bersedia menyediakan konsul gratis bagi anak-anak terindikasi korban vaksin palsu.

Namun, tuntutan-tuntutan lain, seperti permintaan medical check up, data rekam medis, dan penggantian secara materi biaya vaksin ulang belum mendapat kepastian.

Menanggapi sebagian besar poin tuntutan tersebut, rumah sakit menyatakan masih harus menunggu hasil atau instruksi dari Tim Satgas Penanggulangan Vaksin Palsu.

"Tuntutan belum bisa dibahasakan secara pasti karena erat kaitannya dengan hasil penyidikan BPOM, Satgas, dan Bareskrim yang sedang berjalan," katanya kepada Republika.co.id, Jumat (22/7) petang.

Menurutnya sampai dengan Jumat (22/7), kurang lebih sudah ada 219 orang tua pasien yang menyampaikan pengaduan vaksin palsu, dengan masa pemberian vaksin mulai rentang waktu 2010 sampai dengan 2016.

Para orang tua pasien belum mengetahui kapan pastinya vaksin palsu ini mulai digunakan di RSIA Sayang Bunda. Ia menambahkan, salah satu poin utama yang ditunggu jawabannya dari pihak manajemen rumah sakit adalah tuntutan medical check up bagi seluruh pasien terindikasi vaksin palsu.

Pihak rumah sakit beralasan, jawaban atas tuntutan itu sedang  dinegoisasikan dengan pihak internal manajemen, sambil menunggu hasil penyidikan dari Satgas.

"Kami ingin anak-anak kami yang diduga terpapar vaksin palsu mendapat pemeriksaan medical check up, apapun variabelnya, yang penting bisa menunjukkan iya tidaknya anak-anak itu terkena vaksin palsu," tegasnya.

Mediasi tertutup yang sudah berlangsung kedua kalinya ini diikuti oleh Dirut RSIA Sayang Bunda, Teguh Nurwanto, pengacara manajemen rumah sakit, 15 orang perwakilan orang tua pasien, serta dimediasi oleh Kasat Intel Polresta Bekasi. Mediasi berakhir sekitar pukul 17.30 WIB dengan menghasilkan tujuh poin notulensi yang ditandatangani Dirut RSIA Sayang Bunda.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement