REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pejawat Gubernur DKI Jakarta Basuki T Purnama akhirnya memilih untuk mencalonkan diri lewat jalur partai politik pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2017. Keputusan pria yang akrab disapa Ahok itu menuai beragam komentar dari sejumlah lawan politiknya.
Salah satu komentar itu datang dari Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) yang dulu pernah menjadi kendaraan politik Ahok ketika mencalonkan diri menjadi wakil gubernur pada Pilkada DKI 2012.
Menurut partai berlambang kepala garuda itu, keputusan yang diambil sang pejawat kali ini semakin membuktikan inkonsistensi Ahok selaku figur publik.
"Kita kan sudah sama-sama tahu Ahok itu orangnya seperti apa. Ucapannya selalu berubah-ubah dan terkesan plinplan. Apa yang dia kerjakan sering tidak sesuai dengan perkataannya," ujar politikus Partai Gerindra, Prabowo Soenirman, kepada Republika.co.id, Kamis (28/7).
Dia menuturkan, dulu Ahok sendiri yang menegaskan bahwa ia akan maju lewat jalur perseorangan (independen) pada Pilkada DKI 2017. Ketika itu, Ahok bicara seakan-akan sudah mantap betul dengan pilihannya tersebut.
"Ahok dan Teman Ahok juga gembar-gembor di media, menjelek-jelekkan citra parpol. Kini dia seperti menjilat ludahnya sendiri," ucap Prabowo.
Dia menilai, ketidakkonsistenan Ahok tidak dilihat pada konteks pilkada kali ini saja, tapi juga dalam menjalankan kebijakan dan roda pemerintah daerah di Jakarta. "Sekarang, biar masyarakat menilai sendiri, apakah dia (Ahok) memang layak disebut pemimpin," kata Prabowo lagi.
Basuki Tjahaja Purnama dipastikan akan maju sebagai calon gubernur DKI Jakarta dari partai politik. Rabu (27/7) malam, Ahok dan para pendukungnya berkumpul untuk mendeklarasikan keputusan tersebut.
"Ahok memutuskan maju melalui jalur parpol, melalui tiga parpol Golkar, Nasdem, dan Hanura, dan akan membentuk tim pemenangan," kata tim ahli Teman Ahok, I Gusti Putu Arta.