REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat komunikasi politik Universitas Pelita Harapan, Jakarta, Emrus Sihombing tidak terkejut jika Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) memutuskan majulewat jalur partai. Meski, sebelumnya Ahok pernah menyerang partai dan ingin independen.
"Ahok tipe politisi oportunis dan sangat cair dalam politik. Hal ini terlihat dari rekam jejaknya," katanya.
Karier politik Ahok dimulai dari Partai Perhimpunan Indonesia Baru (PPIB). Ahok menjadi ketua DPC PPIB. Melalui partai inilah Pada pemilu 2004, Ahok terpilih menjadi anggota DPRD Belitung Timur. Pada 2005, Ahok mencalonkan diri menjadi Bupati Belitung dan terpilih kurun 2005-2010.
Ahok pada Desember 2006 mengundurkan diri sebagai bupati untuk maju Pemilihan Gubernur Babel pada 2007. Namun ia kalah dalam kontestasi demokrasi tersebut.
Ahok kemudian meneruskan karier politiknya melalui Partai Golkar dan meraih kursi di DPR RI. Pada 2012, Ahok pindah ke Partai Gerindra untuk dapat menjadi Wakil Joko Widodo dalam pemilihan Gubernur Jakarta. Jokowi-Ahok terpilih dalam pemilihan gubernur tersebut.
Pada 2014, Ahok menyatakan diri keluar dari Partai Gerindra karena menilai sudah tidak sejalan. Pada Maret 2016, Ahok menyatakan akan maju Pemilihan Gubernur DKI Jakarta melalui jalur perseorangan (independen).
Pada 27 Juli 2016, Ahok memutuskan untuk maju lewat jalur partai politik, setelah tiga partai politik yaitu Nasdem, Hanura dan Golkar menyatakan dukungannya.