Jumat 29 Jul 2016 01:15 WIB

BNI Syariah Jaga Tren Kinerja Positif

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Julkifli Marbun
BNI Syariah
BNI Syariah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- BNI Syariah tetap mencatatkan tren kinerja positif di semester satu 2016 dengan membukukan peningkatan laba bersih 45,7 persen. Di sisi lain, kualitas aset masih jadi tantangan di tengah kondisi ekonomi yang tidak menentu.

Direktur Utama BNI Syariah Imam Teguh Saptono menjelaskan, di akhir Juni 2016, laba bersih BNI Syariah mencapai Rp 145,65 miliar, naik 45,73 persen dari Rp 99,94 miliar pada Juni 2015. Dengan capaian ini, BNI Syariah optimistis target laba Rp 290 miliar di akhir 2016 bisa dicapai.

"Selain dari pembiayaan, peningkatan laba ditopang efisiensi yang terjaga. BOPO berhasil ditekan menjadi 85,88 persen per Juni 2016 dari 90,39 persen pada Juni 2015. Pun rasio biaya terhadap pendapatan (CIR) yang turun menjadi 68,40 persen pada Juni 2016 dari 70,84 persen pada Juni 2015," ungkap Imam dalam paparan kinerja BNI Syariah semester satu 2016, Kamis (28/7).

Di sisi pendanaan hingga semester satu 2016 ini, DPK BNI Syariah masih didominasi deposito sebesar Rp 11,55 triliun yang Rp 6,8 triliun di antaranya merupakan dana haji. Meski dominasi deposito ikut meningkatkan biaya dana, Imam melihat keberadaan dana haji cocok dengan basis aset BNI Syariah yang didominasi dengan pembiayaan griya yang butuh dana besar dengan tenor panjang.

Tantangan dana haji di bank syariah, lanjut Imam, ada pada sukuk dana haji (SDHI) yang sumbernya dari dana haji. Buat bank syariah, tidak masalah bila dana haji keluar ke SDHI di Kementerian Keuangan dan dana hasil SDHI ditempatkan kembali di bank syariah oleh Kementerian Keuangan. Dengan begitu DPK bank syariah tidak berkurang. Tapi selama ini, dana SDHI dan sukuk negara lainnya tidak ditempatkan ke bank syariah tapi di konvensional.

Sementara itu sumber dana dari giro dan tabungan masing-masing mencapai Rp 2,05 triliun dan Rp 8,24 triliun. Rasio dana murah (CASA) BNI Syariah meningkat menjadi 47,12 persen pada Juni 2016 dari 46,86 persen Juni 2015. Peningkatan CASA juga turut membuat profitabilitas BNI Syariah terjaga.

Dukungan sharia office channeling (SCO) di 1.487 kantor induk membantu pengumpulan dana murah BNI Syariah terutama di area yang belum dijangkau jaringan cabang BNI Syariah. Kanal teknologi informasi BNI Syariah juga menggunakan kanal yang sama dengan induk sehingga meningkatkan daya saing.

Selain itu, penunjukkan BNI Syariah sebagai bank operasional dua (BO2) APBN untuk melayani pembayaran gaji pegawai negeri sipil serta prajurit TNI dan Polri juga berupaya dimanfaatkan maksimal oleh BNI Syariah. Sudah ada sembilan satuan kerja di kementerian, lembaga, dan BUMN yang digandeng BNI Syariah untuk penyaluran gaji antara lain Mahkamah Agung dan PT Pertamina.

Sementara kerja sama dengan pengadilan tinggi, Kementerian Agama, dan Kementerian Keuangan masih dalam progres. Kerja sama dengan Kementerian Keuangan sendiri mensyaratkan bank syariah penyalur gaji di lingkungan Kementerian Keuangan memiliki sistem SPAN. Sistem ini tengah disiapkan BNI Syariah dan ditargetkan selesai akhir tahun ini.

"Ke depan semoga ini bisa untuk anak usaha BUMN, kementerian, dan lembaga lain. Sejauh ini, apa yang terjadi di lapangan di luar espektasi, alhamdulillah," kata Imam.

Pembiayaan BNI Syariah per Juni 2016 juga meningkat menjadi Rp 18,98 triliun dari Rp 16,74 triliun untuk periode yang sama tahun lalu. NPF BNI Syariah pada paruh pertama 2016 ini mencapai 2,80 persen. Angka ini meningkat pula dari 2,42 persen pada Juni 2015. Imam menilai NPF BNI Syariah ini masih lebih baik dibanding rata-rata NPF industri.

"Kondisi makroekonomi domestik ditambah kondisi ekonomi global memberi tekanan luar biasa bagi berbagai sektor industri. Di domestik, NPL dan NPF perbankan cenderung naik dan belum pada puncaknya," tutur Imam.

Mayoritas pembiayaan BNI Syariah masih pada pembiayaan konsumer dengan porsi 52,96 persen, UKM 22,78 persen, komersial 16,38 persen, mikro 5,77 persen, dan Hasanah Card 2,11 persen. 86,02 pembiayaan konsumer merupakan pembiayaan griya.

Didorong pembiayaan dan DPK, aset BNI Syariah per Juni 2016 menjadi Rp 25,68 triliun dari Rp 20,85 triliun pada Juni 2015, meningkat 23,12 persen.

SEPV Bisnis BNI Syariah Dhias Widhiyati mengakui dibandingkan Juni 2015, NPF BNI Syariah memang meningkat. Di internal BNI Syariah, ada jenjang pengawasan pembiayaan. Selain tiga pilar kelaikan pembiayaan, BNI Syariah menambah satu pilar lagi yakni kedisiplinan nasabah memberi informasi kondisi keuangannya.

Dengan begitu BNI Syariah mempunyai rekam data cicilan nasabah. Saat mulai turun, BNI Syariah bisa memberi opsi restrukturisasi dini. "Ini berhasil dan terlihat dengan NPF yang terkendali," kata Dhias.

Bagitu pula penerapan kebijakan menyeleksi sektor industri dan pemilahan sektor prospektif. BNI Syariah juga berupaya juga meningkatkan kapabilitas tim analisis pembiayaan. Dengan begitu ekspansi tetap dilakukan secara selektif baik terhadap sektor industri maupun pemainnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement