REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menko bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto mengimbau masyarakat agar tidak mudah mempercayai informasi dari kelompok penyandera asal Filipina, Abu Sayyaf, tentang kondisi sandera WNI yang menderita sakit.
"Kalau penculik ngomong sesuatu tentang (orang) yang diculik, apa pasti kebenarannya? Kalau itu ditanggapi setiap hari kita hanya sibuk membicarakan apa yang disampaikan penculik," kata dia saat ditemui di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Kamis malam.
Sebaliknya, Wiranto meminta masyarakat dan media massa untuk fokus memperhatikan upaya pembebasan sandera yang terus dilakukan pemerintah Indonesia dan Filipina.
"Berikan kepercayaan penuh kepada pemerintah dan negara untuk melaksanakan langkah-langkah yang pasti arahnya, untuk membebaskan sandera dengan selamat," tuturnya.
Sebelumnya, empat kru kapal tunda atau tugboat Charles yang disandera Al Habsy, salah satu faksi kelompok bersenjata Filipina Abu Sayyaf, dilaporkan sedang sakit.
Informasi itu diperoleh dari Dian Megawati Ahmad, istri Mualim I kapal tunda Charles yang bernama Ismail, setelah sempat berkomunikasi dengan keempat sandera Al Habsy.
"Kemarin (Kamis) saya sempat berkomunikasi dengan suami saya (Ismail) bersama tiga kru kapal tunda Charles yang disandera kelompok Al Habsy. Saya berkomunikasi dengan suami dan tiga sandera lainnya setelah mereka (penyandera) meminta saya menelepon," ujar Dian Megawati, ditemui di Mess PT Rusianto Bersaudara, di Sungai Lais, Samarinda, Jumat (29/7).
Baca juga, 7 Sandera WNI Ditahan Dua Kelompok Berbeda di Filipina.
Lewat pembicaraan telepon tersebut, keempat kru kapal tunda Charles memohon agar mereka segera dibebaskan. Saat komunikasi itu, orang yang mengklaim dari kelompok Al Habsy juga sempat menanyakan uang tebusan yang mereka minta yakni Rp 250 juta Peso atau sekitar Rp 69 miliar.