REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Riau terus berupaya meminimalkan persebaran titik panas (//hotspot//). Menurut Kepala BPBD Riau, Edward Sanger, pihaknya terus kompak bekerja sama dengan TNI, Polda Riau, tim Manggala Agni, serta relawan agar hotspot tak meluas menjadi kobaran api.
Sampai hari ini, Kamis (11/8), sejumlah titik di Riau masih terpapar hotspot. Di antaranya, Air Hitam, Payung Sekaki, Pekanbaru; Bengkalis; Rokan Hulu; Rokan Hilir; Pelalawan; dan Dumai.
Dia menegaskan, jarak pandang di wilayah tersebut sudah berangsur normal, yakni mencapai 10 km. Upaya peredaman asap di lokasi terus dilakukan.
“Bukan kebakaran hutan. Titik hotspot, titik panas, yang memang ada di mana-mana. Tapi bukan titik api. Dan itu sudah kita tangani. Saya sekarang di Air Hitam, Pekanbaru. Cuma pendinginan-pendinginan saja,” ucap Edward Sanger saat dihubungi dari Jakarta, Kamis (11/8) pagi.
Dia menjelaskan, BPBD sebisa mungkin cepat dalam mengikis titik-titik panas di wilayah Riau. Namun, Edward mengakui, acapkali tim gabungan darat terkendala masalah akses ke lokasi hotspot. Solusinya, tim menggunakan cara penanganan dari udara.
“Tetapi kita punya water bombing. Itu yang kita kerahkan. Hari ini kan air tractor, tadi sudah water bombing,” jelasnya.
Berbeda dengan alokasi dana BPBD, Pemprov Riau menganggarkan dana penanganan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) sebesar Rp 7 miliar.
Terkait itu, Edward enggan mengomentari keluhan dari petinggi Korem 031/Wirabama terhadap Pemprov Riau. Dana tersebut dinilai digunakan secara tak optimal, semisal untuk acara seremonial di hotel.
“Itu saya no comment. Kan kita punya tupoksi (tugas pokok dan fungsi) masing-masing. Kami yang penting tupoksi-nya penanggulangan di lapangan,” tukasnya.