REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memberikan ultimatum pada Amerika Serikat untuk memilih antara Fethullah Gulen atau Turki, Rabu (8/8). Peringatan tersebut menyusul permintaan ekstradisi Gulen ke Turki.
"Cepat atau lambat, AS akan membuat pilihan antara Turki atau FETO," kata Erdogan dikutip kantor berita Anadolu Agency.
FETO atau singkatan dari Fethullah Terrorist Organization merupakan kelompok berisi pengikut Gulen yang disebut pemerintah Turki sebagai teroris dan dalang kudeta.
Erdogan menyebut tidak ada bedanya antara kelompok teror PKK, ISIS dan FETO. "Mereka yang mengikutinya (Gulen) yang menjual jiwanya pada setan, Daesh, yang menumpahkan darah Muslim, atau PKK yang juga menumpahkan darah selama 30 tahun untuk memecah negara akan kalah pada akhirnya," kata Erdogan.
Ia menekankan slogannya 'satu negeri, satu bendera, satu tanah air dan satu negara' pada Selasa malam. Pendukungnya berkumpul di depan Istana Kepresidenan Ankara, salah satu lokasi yang diserang saat kudeta.
Baca juga, Ini Bukti-Bukti Keterlibatan Gulen dalam Kudeta Versi Otoritas Turki.
Kerumunan berkumpul setiap hari sejak upaya kudeta pada 15 Juli. Ratusan ribu orang terus datang memadati kerumunan. Puncaknya pada Ahad di Istanbul yang dihadiri sekitar lima juta orang. Erdogan memperingatkan penduduk untuk tetap waspada. "Pengkhianatan bisa datang dari mana saja dan siapa saja," kata dia.