REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Cendekiawan Muslim, al-Idrisi, mencatat, perdagangan di Barawa sangat ramai dan penuh dengan berbagai komoditas, baik lokal maupun mancanegara. Barawa juga terkenal dengan kerajinan tradisionalnya, seperti kain tenun aliindi atau kikoy, topi, peci barawa, sandal, perisai, ikat pinggang, furnitur, dan ragam peralatan dapur yang ter buat dari tanah liat.
Barawa juga tersohor dengan kerajinan ukir-ukirannya yang dibuat menjadi beragam produk, mulai dari tempat tidur pengantin sampai tatakan Alquran (rekal). Kota ini juga dikenal dengan kerajinan emas dan peraknya yang memukau.
(Baca: Barawa, Pulau Islam di Somalia)
Selain kerajinan, Barawa juga dikenal dengan gaya arsitektur rumah warganya yang khas. Setiap rumah dilengkapi dengan pekarangan, jalan yang luas, serta jendela lebar. Para wanita dan orang tua tidak perlu ke luar rumah apabila hen dak berkun jung ke rumah lainnya. Sebab, Barawa memiliki banyak rumah bertingkat dua lantai yang saling ter hubung dengan jembatan.
Kota ini dibagi menjadi empat bagian yang masing-masing bagiannya memiliki sebuah masjid utama. Untuk membangun rumah, masjid, atau bangunan lainnya, masyarakat memanfaatkan karang yang tersedia banyak di pantai untuk kemudian dijadikan semen. Karang-karang tersebut diangkut dengan gerobak unta lalu dibakar hingga menjadi semen. Cara ini dinilai lebih ekonomis daripada harus mengimpor.