REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Ketua Ikatan Da'i Indonesia (IKADI), KH Ahmad Satori Ismail menilai para da'i di perkotaan memiliki tantangan berberbeda dengan di daerah. Da'i di perkotaan banyak yang tenggelam pada persoalan materi.
"Para da'i kadang memilih-milih masjid, memilih tempat dakwah, mana yang basa dan yang tidak," kata Satori kepada Republika, Sabtu (20/8).
Padahal yang diinginkan bagaimana da'i memiliki jiwa wara'. Selain itu, para da'i memiliki rasa kepedulian kepada umat lebih besar dibandingkan untuk kepentingan pribadi. Persoalan lainnya, Satori melanjutkan, kurangnya koordinasi antar da'i. Gerakan da'i di perkotaan dinilai berjalan sendiri-sendiri.
"Kadang-kadang di satu Masjid sekarang tentang maulid besok maulid lagi," Satori menuturkan.
Akibatnya banyak program da'i yang tumpang tindih. Seharusnya, kata Satori, da'i sendiri dan pengurus Masjid mampu mengarahkan dakwah yang terorganisir. Sementara tantang di daerah, bagaimana da'i mampu mengerem perilaku maksiat masyarakat. Perilaku tersebut mereka dapatkan karena pengaruh kehidupan perkotaan.
Termasuk para da'i juga perlu memfokuskan diri kepada motivator ekonomi. Pasalnya, di daerah, ekonomi masyarakat kebanyakan masih rendah. "Termasuk persiapan-persiapan seperti skill sehingga mereka merasa dilindungi oleh da'i," Satori menambahkan.