REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Israel yang dipimpin oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu kerap menjadikan ayat-ayat suci Alquran ketika melakukan invasi ke Palestina. Padahal, invasi yang dilakukan itu adalah untuk membantai puluhan ribu rakyat Palestina dan memperkuat cengkraman Israel sebagai penjajah.
Lalu mengapa Israel kerap menggunakan ayat Alquran untuk melegitimasi aksinya? Dan bagaimana hukumnya?
Pakar tafsir Alquran yang juga Ketua Prodi Ilmu Al Qur’an dan Tafsir, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, KH. Syahrullah Iskandar berpendapat bahwa saat ini istilah yang didengungkan oleh Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu adalah “the force of civilization” dan “the force of barbarism” sebuah dikotomi untuk melegitimasi perang yang tengah dilakoninya.
Kiai Syahrullah mengatakan pada dasarnya menggunakan ayat Alquran harus dalam urusan yang baik, karena Alquran adalah kalam Ilahi yang sakral bagi umat Islam. Oleh karena itu tidak tepat menjadikan ayat Alquran sebagai alat legitimasi untuk kekerasan. Selain itu menurut Kiai Syahrullah tindakan Israel menyebar ayat Alquran dari udara merupakan bentuk olok-olok terhadap Alquran.
“Ini bisa dipahami sebagai bentuk olokan terhadap kitab suci umat Islam dan dijadikan sebagai tanda gerakan selanjutnya pasukan Israel memerangi Gaza. Pasukan Israel merasa terzalimi, sedangkan warga Gaza dan Hamas dianggapnya zalim. Bisa saja muncul kesan lain bahwa di satu sisi mereka yang menghambur-hamburkannya itu secara tidak langsung mengakui kebenaran isi kandungan Alquran,” kata kiai Syahrullah kepada Republika.co.id pada Jumat (8/12/2023).
Kemudian, kiai Syahrullah soal Surat Al Ankabut ayat 14 yang baru-baru ini dikutip Israel untuk dituliskan dalam selebaran yang mereka sebar ke wilayah Gaza melalui Angkatan Udaranya. Kiai Syahrullah menjelaskan bahwa sebenarnya surat Al Ankabut ayat 14 berbicara tentang nabi Nuh alaihissalam yang diutus kepada kaumnya yang bermukim bersamanya selama 950 rajin setelah diutus menjadi rasul.
Dalam waktu yang lama itu, nabi Nuh mendakwahi kaumnya agar tidak menyekutukan Allah ta'ala dengan suatu apapun dan menjalankan segala perintahNya. Namun demikian kaum nabi Nuh membangkang hingga Allah menimpakan pada mereka azab berupa banjir bandang.
“Intinya, dalam waktu yang sangat lama itu, Nabi Nuh pun berulang kali berdakwah dengan berbagai cara, tetapi mereka membangkang dan durhaka. Kemudian banjir besar menenggelamkan kaum Nabi Nuh tersebut,” katanya.
Seperti diketahui, Militer Israel baru-baru ini menjatuhkan ribuan selebaran di atas langit Gaza Selatan dengan menggunakan pesawat tempur. Selebaran itu berisi kutipan ayat Alquran surat Al Ankabut ayat 14 yang memperingatkan tentang banjir dan orang-orang yang berbuat zalim.
Kutipan ayat Alquran bertulis (فَأَخَذَهُمُ الطُّوفَانُ وَهُمْ ظَالِمُونَ) yang artinya Maka mereka ditimpa banjir besar, dan mereka adalah orang-orang yang zalim. Kutipan ayat itu ditulis dalam selebaran itu di samping simbol Bintang Daud dan logo tentara Israel. Penggunaan ayat Alquran oleh Israel itu memicu kemarahan warga Palestina di Gaza dan umat Islam di wilayah lain.
“Mereka (Israel, Red)-lah yang telah berbuat zalim, bukan kami. Merekalah yang menzalimi warga sipil, warga yang tidak bersalah dan anak-anak yang tidak berdaya," kata Um Shadi Abu el-Tarabeesh, salah seorang pengungsi dari Gaza utara, sambil memegang selebaran tersebut di depan kamera.
Memang, Israel tengah berencana untuk membanjiri Gaza terutama terowongan-terowongan di kota itu dengan air laut. Sehingga membuat pasukan Hamas keluar dari persembunyiannya. Melalui selebaran berisi petikan ayat Al Ankabut ayat 14 itu, Israel seolah mengancam rakyat Gaza dengan ayat Alquran sekaligus menjadikan ayat Alquran untuk melegitimasi tujuan mereka untuk menghabisi rakyat Gaza.