REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah penggusuran, salah satu warga permukiman RT 09 RW 04 Rawajati Barat, Pancoran, Jakarta Selatan, Ari Susanto (43 tahun) mengaku mengkhawatirkan masa depan anak-anaknya yang masih sekolah. Akibat penggusuran tersebut, kata Ari, kini anaknya terpaksa harus libur sekolah.
"Nasib anak saya sekolah saja pasti terbengkalai," kata dia di lokasi penggusuran, Kamis (1/9).
Ari mengatakan, apa yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Jakarta Selatan justru hanya mendahulukan kepentingan sepihak, tanpa memperhatikan kepentingan masyarakat. "Kami masyarakat kecil hanya jadi korban ambisi pemerintah," ujar dia.
Selain itu, pria kelahiran 1978 tersebut mengaku bingung akan tinggal di mana setelah permukiman yang dihuninya sejak puluhan tahun itu rata dengan tanah. "Untuk sementara kami akan bertahan di sini," ujarnya.
Berdasarkan pantauan, permukiman yang dihuni sebanyak 60 Kepala keluarga dan 160 jiwa tersebut diratakan dengan menggunakan dua alat berat jenis Backhoe berwarna kuning. Di tengah penggusuran tersebut warga Rawajati juga sempat mengemas barang-barang milik mereka dan menyimpannya di pinggir jalan.
Sebelumnya, sejak 2015 lalu, Pemerintah Kota Jakarta Selatan telah mengeluarkan surat peringatan kepada warga Rawajati RT 09/04 untuk mengosongkan rumah mereka. Permukiman mereka akan digusur oleh pemerintah lantaran tempat yang dihuni oleh mereka merupakan Ruang Terbuka Hijau (RTH).