REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) mengajak sejumlah partai politik lainnya kompak demi memenangkan Pilgub DKI Jakarta 2017 mendatang. Sejumlah nama masuk sebagai kandidat yang akan diusung PKB, seperti Sandiaga Uno, Yusril Ihza Mahendra, hingga Rizal Ramli.
"Yang penting kompak, sehingga nantinya bisa menang," kata Ketua DPP PKB Muhaimin Iskandar saat dikonfirmasi terkait dengan upaya mendongkrak elektabilitas partai dan calon yang diusung dalam Pilkada DKI Jakarta, Kamis (1/9) malam.
Cak Imin, sapaan akrabnya yang ditemui dalam kegiatan pelantikan DPC PKB Kota Kediri di GNI Kota Kediri, tersebut mengatakan hingga kini PKB masih terus menyusun kekuatan dengan menggandeng sejumlah partai lain. Partai-partai yang diajak untuk bergabung bersama antara lain Partai Demokrat, PPP, maupun Partai Gerindra.
Sayangnya, Cak Imin masih enggan mengungkapkan siapa yang akan diusung menjadi cagub DKI yang bakal dijagokan pada hajatan Ibu Kota. "Ada Sandiaga, Yusril, Rizal Ramli. Nama-nama itu menjadi calon gubernur, tapi nanti menunggu istikarah dari KH Said," katanya.
Pada Pilgub DKI, sejumlah nama sudah menyatakan akan maju menantang pejawat Gubernur Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang dinilai elektabilitasnya terus menurun. Berdasarkan survei Lembaga Survey Politik Indonesia (LSPI) yang dirilis hari ini, elektabilitas para penantang Ahok justru cenderung meningkat sementara Ahok menurun.
Direktur Riset LSPI Julpan Haris, mengatakan, hasil survei dilakukan pada 22-28 Agustus 2016 dengan metode multistage random sampling dengan jumlah sampel 440 responden, dengan margin of error sebesar 4,8 persen pada tingat kepercayaan 95 persen. "Penggalian data dilakukan dengan wawancara tatap muka langsung oleh tim surveyor yang terlatih," kata dia dalam keterangan tertulisnya.
Julpan mengatakan, terjadi gejala penurunan suara elektabilitas Ahok jika dibandingkan dengan survei LSPI sebelumnya. Pada simulasi empat nama cagub, Ahok dipilih 35 persen, disusul Yusril (30,4 persen) Rismaharani (11,2 persen), dan Sandiaga (5,8 persen) dengan angka yang belum memutuskan sebesar 17,6 persen.
Pada survey LSPI sebelumnya dengan simulasi empat nama, Ahok mendapatkan 36,2 persen, Yusril (28,6 persen), Risma (9,4 persen), dan Sandiaga (3,1 persen). Demikian pula pada data top of mind, Ahok cenderung terus turun, sementara penantangnya cenderung naik.
Ia menjelaskan, beberapa alasan yang menjelaskan penurunan suara Ahok ini menurut pengakuan responden adalah banyaknya persoalan di DKI Jakarta yang dianggap tidak mampu diselesaikan. Selain itu, banyaknya kontroversi personaliti Ahok yang berkembang di media dan media sosial menjadi alasan para responden tidak memilih Ahok.
Kecenderungan penurunan ini paralel dengan angka ketidakpuasan masyarakat terhadap kinerja Ahok dalam persoalan pelayanan publik, terutama persoalan kemacetan yang dianggap responden justru semakin meningkat. "Isu lainnya yang dianggap memiliki sentimen negatif terhadap Ahok adalah isu korupsi yang melibatkan Ahok seperti reklamasi, sumber waras dan rusun Cengkareng," kata dia.
Sementara di sisi lain, beberapa calon lawan Ahok yang dianggap potensial, mengalami fluktuasi elektoral secara beragam. Yusril misalnya. Menurut LSPI, ia mengalami kenaikan meski tidak signifikan.
Begitu juga Sandiaga yang sudah diusung Gerindra. Nama Risma yang paling banyak dianggap sebagai lawan potensial Ahok juga tidak mengalami kenaikan signifikan. "Khusus soal Risma, responden beralasan ketidakpastian PDIP dalam menyalonkan Risma," ucap dia.
Data simulasi pasangan calon juga menunjukkan data yang menarik. Jika Ahok bersama Djarot berhadapan-hadapan dengan Yusril Ihza-Sandiaga Uno, selisih perolehan keduanya terpaut hanya 11 persen, Ahok-Djarot 48,8 persen dan Yusril-Sandi 37,3 persen dengan angka yang belum memutuskan sebesar 13,9 persen. Jadi, kata dia, survei LSPI juga menunjukkan potensi pasangan Yusril-Sandiaga jika mereka berpasangan dapat mengejar calon pejawat jika berpasangan dengan Djarot.
"Jika pilkada terdiri dari tiga pasangan, maka maka potensi untuk terjadinya dua putaran sangat tinggi dan Ahok berpeluang untuk dikalahkan oleh lawan politiknya," kata dia.
(Baca Juga: Elektabilitas Ahok Anjlok, Penantang Ahok Melonjak)