REPUBLIKA.CO.ID, BAMAKO -- Presiden Mali Ibrahim Boubacar Keita memecat Menteri Pertahanan Tieman Hubert Coulibaly setelah pegaris keras secara singkat mengambil alih desa Boni di wilayah pusat, Jumat lalu, kata saluran televisi pemerintah, Sabtu malam (3/9).
Coulibaly digantikan Abdoulaye Idrissa Maiga, mantan menteri untuk pemerintah daerah, yang menjabat kepala kampanye presiden pada pemilihan umum 2013. Pegaris keras itu diduga terhubung dengan kelompok Ansar Dine.
Mereka membakar bangunan umum dan menawan petugas pemilihan umum sebelum melarikan diri beberapa jam kemudian. Tak ada korban jiwa dan tentara mengambil alih wilayah tersebut.
Peristiwa tersebut adalah kejadian terkini dalam beberapa tahun belakangan di Mali. Peristiwa itu menunjukkan peningkatan kekuatan pegaris keras. Mereka membuat kerusuhan dari wilayah utara hingga Mali tengah, hanya beberapa ratus mil dari ibu kota negara, Bamako.
Kelompok bersenjata di Mali dinilai terus bertumbuh, khususnya sejak militan memanfaatkan pemberontakan kaum Tuareg pada 2012 dan mengambil alih wilayah gurun di utara. Bantuan militer Prancis sempat memukul mundur pasukan pegaris keras pada 2013, tetapi negara itu masih kurang stabil, dikhawatirkan dapat mengancam proses perdamaian yang dimediasi Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Militan menyerang pangkalan militer di Kota Nampala, Mali Tengah, pada Juli, menewaskan 17 tentara dan melukai 35 orang.
Ansar Dine dan kelompok suku Peul menyatakan bertanggung jawab atas serangan tersebut.