REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Setelah terlibat perang sipil Suriah, Rusia memberi sinyal untuk berperan di jantung Timur Tengah. Hal itu ditunjukkan dengan inisiatif untuk menjadi mediator antara Palestina dan Israel.
Presiden Rusia, Vladimir Putin, telah menawarkan menjadi tuan rumah pertemuan Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu. Namun, walau mengaku setuju untuk melanjutkan dialog, kedua pemimpin tampaknya masih mengulur waktu untuk dilangsungkannya pertemuan.
Utusan Rusia untuk Timur Tengah, Mikhail Bogdanov, telah mengadakan pembicaraan dengan Sekjen Organisasi Pembebasan Palestina, Saeb Erekat di Ramallah. Pertemuan itu dilakukan hari Selasa (6/9) lalu, sehari setelah melangsungkan pertemuan dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, di Yerusalem.
"Kami sangat bersyukur Mahmoud Abbas pada prinsipnya menerima inisiatif Rusia yang diusulkan Presiden Putin, kami akan melanjutkan upaya mengenai bentuk, isi dan tanggal pertemuan," kata Bogdanov seperti dilansir Muslim Village. Kamis (8/9).
Sebelumnya, mediasi perdamaian Timur Tengah yang dilakukan oleh AS selama sedekade terakhir gagal membawa perdamaian abadi, terutama antara Palestina dan Israel. Kini, dunia tampaknya akan menunggu peran Rusia untuk berbicara lebih banyak, dan tentu mewujudkan perdamaian di antara Palestina dan Israel.