REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Dinas Peternakan Perikanan dan Kehutanan (DPPK) Sleman menemukan puluhan hewan kurban berpenyakit. Kondisi tersebut diketahui usai petugas DPPK memantau lokasi penjualan hewan kurban di 50 titik, baik di pasar tiban dan kandang ternak kelompok.
Lokasi pemantauan tersebar di Kecamatan Ngemplak, Godean, Ngaglik, Mlati, Depok, dan Sleman, dengan jumlah petugas 250 orang. Selain itu, DPPK juga melakukan pengecekkan hewan kurban di Prambanan, Pakem, dan Seyegan.
Adapun hewan yang diperiksa terdiri atas 460 ekor sapi, 1.229 domba, dan 159 kambing. “Dari jumlah tersebut kami menemukan sapi-sapi berpenyakit. Ada 34 kena orf, 16 kena pink eye, dan satu ekor kena penyakit kulit,” kata Kepala DPPK Sleman, Widi Sutikno saat ditemui di Kantor Humas Setda Sleman, Kamis (8/9).
Menurutnya, ketiga penyakit tersebut dapat sembuh dengan obat tertentu. Namun hewan kurban memang harus diisolasi agar tidak menularkan penyakit pada yang lainnya. Terutama orf yang menyerang bibir hewan. Penyakit ini dapat menular dalam waktu hanya satu malam.
Kepala Bidang Peternakan DPPK Sleman, Suwandi Aziz mengatakan, orf terjadi akibat virus yang menyerang mulut sapi. Sehingga bibir mereka mengeras. Kondisi ini menyebabkan hewan tidak mau makan, sehingga badannya menjadi kurus.
Namun penyakit hewan tersebut tidak berbahaya bagi kesehatan manusia. Sehingga dagingnya masih dapat dimakan. Meski begitu pihaknya meminta masyarakat lebih waspada dalam memilih hewan kurban.
Aziz menyampaikan, kebanyakan hewan kurban yang terkena penyakit ditemukan di lokasi pasar tiban. Kondisi ini dilatarbelakangi oleh mobilitas ternak yang tinggi. Sebab kebanyakan hewan didatangkan dari luar Sleman.
Selain itu, kebersihan di lokasi penjualan dan pakan ternak kurang terjaga. Untuk itu ia menyarankan agar masyarakat membeli hewan kurban langsung ke kandang milik kelompok ternak. “Karena kesehatan ternaknya lebih terpantau sehingga resiko ternak sakit lebih kecil," katanya.