REPUBLIKA.CO.ID,PEKANBARU -- Satuan tugas siaga darurat kebakaran hutan dan lahan Provinsi Riau menemukan aktivitas pembalakan liar serta pembakaran di kawasan Hutan Lindung Bukit Suligi perbatasan Kabupaten Kampar dan Rokan Hulu.
"Terlihat jelas aktivitas pembalakan liar serta pembakaran. Dari udara juga terlihat adanya gubuk-gubuk dan aktivitas warga," kata Komandan Pangkalan Udara Roesmin Nurjadin, Marsekal Pertama Henri Alfiandi di Pekanbaru, Ahad (11/9).
Kawasan Hutan Lindung Bukit Suligi merupakan hamparan hutan tropis basah, dengan luas areal sekitar 300 hektare di Rokan Hulu. Kawasan tersebut berjarak sekitar 139 kilometer dari Kota Pekanbaru. Perambahan hutan di Bukit Suligi tepatnya terjadi di Kecamatan Koto Kampar, perbatasan Kampar dan Rokan Hulu, pada koordinat N. 00 24 42.3 E. 100 41 35.4. Aktivitas pembalakan liar itu ditemukan Satgas setelah terpantau titik api yang menghasilkan asap tebal di kawasan tersebut.
Untuk menjangkau lokasi kebakaran melalui jalur darat cukup sulit dilakukan. Sehingga tim udara mengerahkan pesawat Air Tractor untuk memantau dari udara. Setelah tim udara berhasil memetakan lokasi kebakaran, satu unit heli jenis Sikorsky langsung diterbangkan untuk melakukan pengeboman air. Kebakaran berhasil diatasi beberapa jam kemudian.
Sementara saat pemadaman berlangsung, beberapa kali terlihat adanya aktivitas manusia di lokasi tersebut. Mereka pergi saat melihat helikopter yang terbang rendah. Informasi yang dirangkum aktivitas penggundulan hutan di kawasan tersebut telah berlangsung lama.
Hutan Lindung Bukit Suligi selama ini dikenal karena keindahan panoramanya, goa, dan air terjun. Namun, kawasan itu kini kian terancam akibat perambahan untuk dialihfungsikan secara ilegal menjadi perkebunan sawit, terutama di kaki bukit. Perambahan lahan negara tidak hanya terjadi di Bukit Suligi, namun terjadi di sejumlah kawasan konservasi di Riau seperti Taman Nasional Tesso Nilo, Cagar Biosfer Giam Siak Kecil, Hutan Lindung Rimbang Baling serta Taman Nasional Bukit Tiga Puluh.