REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI -- Pasukan yang setia kepada jenderal Khalifa Haftar menyerang terminal minyak utama Libya, Ahad (11/9). Selama ini, terminal minyak itu telah dikuasai oleh pasukan pemerintah negara yang juga didukung oleh PBB.
Lokasi terminal minyak utama itu tepatnya berada berada di dekat Ras Lanuf. Pasukan Haftar mengklaim telah berhasil merebutnya dari pasukan pemerintah. Adapun pasukan pemerintah membantahnya dan menjelaskan serangan menyebabkan beberapa anggota mereka terluka.
Libya menjadi negara yang tidak stabil setelah digulingkannya presiden Muammar Gaddafi pada 2011 lalu. Produksi minyak negara itu telah turun menjadi sekitar 200 ribu per barel per hari. Padahal pada era Gaddafi, Libya bisa memproduksi 1,6 juta barel per hari.
Pertikaian antara kelompok yang dipimpin oleh Haftar juga terus terjadi. Haftar, mantan komandan tentara Gaddafi yang membantu upaya penggulingan presiden itu, adalah salah satu tokoh militer paling kuat di Libya.
Ia menolak mengakui kewenangan Pemerintah Libya yang didukung PBB. Bersama dengan pasukannya, Haftar terus melancarkan serangan di sejumlah wilayah negara dan aset milik pemerintah. Selain di Sidra, mereka disebut berupaya untuk merebut terimnal besar lainnya yaitu di Zuitina.