REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Otoritas Turki kembali memecat hampir 28 ribu guru dan menunda pekerjaan 9.500 orang lainnya karena diduga terkait terorisme, Senin (19/9). Wakil Perdana Menteri Nurettin Canikli mengatakan guru-guru itu dipecat dari profesinya.
"Sebagai bagian dari upaya kami melawan terorisme, langkah yang diperlukan telah diterapkan pada guru dan pelayan sipil lainnya yang dinilai terkait dengan organisasi teroris," kata Canikli setelah rapat kabinet, dilansir Aljazirah.
Ia menambahkan 455 guru sebelumnya telah dibebastugaskan. Komentarnya bertepatan dengan awal ajaran baru di sekolah yang dimulai Senin. Para siswa telah mengakhiri liburan musim panasnya.
Setelah upaya kudeta pada 15 Juli, otoritas telah menahan dan memberhentikan ribuan guru. Termasuk menutup 15 universitas dan sekitar 1.000 sekolah yang terkait dengan ulama Turki Fethullah Gulen.
Ankara menuduhnya berada di balik rencana kudeta. Penutupan fasilitas kesehatan itu telah membawa kebingungan pada sekitar 200 ribu siswa. Apakah mereka bisa melanjutkan sekolahnya atau tidak.
Sejauh ini, Turki juga telah memberhentikan 100 ribu pelayan sipil termasuk hakim, jaksa, polisi dan guru. Sedikitnya 40 ribu ditahan karena diduga terkait rencana kudeta.
Ribuan guru di wilayah Kurdi di selatan juga menjadi target operasi penyisiran. Otoritas mengatakan mereka diduga terkait dengan partai Kurdistan Workers Party (PKK).