REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Siapa sangka kekumuhan Ibu Kota dapat menjadi daya tarik untuk berwisata. Wisatawan tanpa malu-malu dapat berinteraksi dengan warga kampung tersebut lewat Jakarta Hidden Tour.
Tur yang menyibak sisi lain Jakarta ini berawal dari Ronny Poluan yang membentuk klub pertemuan dan diskusi serta pagelaran seni budaya. Pada 2009 silam, Ronny berlanjut membuat pameran dan buku fotografi 'Belantara Jakarta' dengan fotografer asal Prancis dan membuat teater dengan seniman Jerman.
Dari serangkaian kegiatannya tersebut membuka mata hati Ronny. Sebab dalam kegiatan tersebut, inisiator dan pendiri Jakarta Hidden Tour ini banyak berkomunikasi dengan masyarakat miskin Jakarta.
"Tur ini ditujukan kepada siapa saja, (wisatawan) dalam dan luar negeri yang peduli dan sadar terhadap hal sosial kemanusian dan kebudayaan," ujar Ronny ketika dihubungi oleh Republika.co.id, Selasa (4/10).
Ronny mengatakan berbekal uang Rp. 200 ribu hingga Rp. 300 ribu, para wisawatan dapat mengikuti Jakarta Hidden Tour. 50 persen dari net provit, Ronny mengatakan, untuk edukasi, emergency, dan powerment.
"Bila ingin mengikuti tur ini, google Jakarta Tour, ikuti website kami, lalu (kirim) email," ujarnya.
Selain itu, tur ini dapat diikuti dengan minimal dua orang peserta dan maksimal 15 peserta hingga satu grup. Jakarta Hidden Tour memiliki rute wisata Jakarta Utara, Jakarta Barat, dan Jakarta Timur.
Ronny mengatakan ada wisatawan lokal yang tertarik untuk mengikuti tur ini. Namun tur ini memang lebih banyak menarik wisatawan mancanegara. Rata-rata, Ronny mengatakan, wisatawan mancanegara yang mengikuti tur ini berasal dari Amerika Serikat (AS), Australia, Jerman, dan Belanda.
Ronny mengatakan ada beberapa latar belakang wisatawan tertarik mengikuti Jakarta Hidden Tour. Ternyata kekumuhan Jakarta membuat wisatawan mancanegara penasaran. Beberapa dari mereka juga ingin membantu dan meneliti. Ronny mengatakan ada wisatawan asing yang membaca Jakarta Hidden Tour dari buku Lonely Planet dan TripAdvisor.
Warga perkampungan kumuh yang dikunjungi oleh para wisatawan pun tak merasa terganggu. Mereka malah senang karena bisa bernyanyi dalam enam bahasa dan dapat berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris dengan para wisatawan asing.
"(Respons para wisatawan lokal dan asing) Luar biasa. Terharu tapi juga berpikir keras dan terbuka wawasannya, jadi lebih banyak mengetahui Jakarta secara keseluruhan," kata Ronny.
Sisi lain, selama berkecimpung bersama Jakarta Hidden Tour, Ronny tidak pernah menyangka akan kedatangan tamu seorang senator AS. Pun, ada pula seorang duta besar dengan berpenampilan sederhana mengikuti tur ini.
Lalu, Ronny menuturkan, peserta tur juga pernah berisi beberapa pofesor doktor dan orang-orang bertitel PhD (Doctor of Philosophy) yang khusus meneliti urban atau sosial budaya. Di balik ketenaran Jakarta Hidden Tour saat ini, Ronny menyimpan suka duka.
"Waktu pertama tahun 2009 tidak ada yang mau. Naik turun angkot bajaj nawarin ga ada respon. Beberapa teman sinis. Sampai sekarang masih ada yg salah paham," katanya mengenang.
Ronny juga pernah dimarahi oleh tamu tur karena datang terlambat. "Ada juga tamu udah nunggu satu jam lalu telpon waduh kami lupa, namun mereka tetap tunggu. Kami minta maaf berulang-ulang waktu temu dan tamu bilang no problem malah ditawari makan minum enak katanya mereka khusus ke jakarta untuk tur kami," ujarnya.