REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banjir di Pasteur, Bandung, Senin (24/10), telah menarik perhatian publik. Tidak hanya soal arus air cukup kuat yang menyeret beberapa mobil, namun sejumlah pihak di dunia maya telah menarik persoalan ini ke arah politik dengan membandingkan Bandung dan banjir Jakarta.
Para pendukung Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Wali Kota Bandung saling sindir. Para pendukung Ahok mempertanyakan sikap netizen tak terlalu kritis terhadap banjir Bandung. Sebaliknya, beda jika banjir terjadi di Jakarta.
Sementara mereka yang pro Ridwan Kamil memuji sikap Wali Kota yang meminta maaf atas banjir di Pasteur tersebut. Hal yang menurut mereka tak dilakukan oleh Ahok saat banjir Kemang.
Berikut perbandingan pernyataan Wali Kota Bandung atas banjir di Pasteur dan sikap Ahok terkait banjir di Kemang beberapa waktu lalu.
Wali Kota Bandung Ridwan Kamil
Wali Kota Bandung Ridwan Kamil menyatakan permohonan maaf atas banjir Pasteur yang terjadi kemarin. Ia pun berjanji akan terus berupaya agar banjir tidak terulang.
"Kami Mohon maaf dengan banjir Pasteur/Pagarsih yang terjadi. Tim DBMP juga sdh selalu standby di lokasi untuk penyurutan. Sehingga siang tadi surut dalam 2 jam," ujarnya semalam lewat laman Facebook.
Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil, mengatakan, pemerintah sebenarnya sudah dan terus berupaya mengurangi banjir dengan memperbesar gorong-gorong dari tahun lalu, namun ternyata belum memadai.
Rencana ke depan, sistem tol air akan di pasang di Pasteur/Pagarsih seperti halnya yang dipasang di Gede Bage yang biasanya banjir, siang tadi tidak banjir. "Kami akan terus berupaya. Hatur Nuhun," tulisnya.
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama
Banjir Kemang Agustus
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dalam keterangannya di sejumlah media mengatakan, banjir yang merendam kawasan Kemang pada Agustus akibat jebolnya tembok rumah warga. Tembok tersebut berhimpitan langsung dengan Kali Krukut.
Ia mengatakan, saat ini Pemprov sedang berusaha meninggikan tanggul hingga 3,8 meter. Namun, upaya itu masih teralang warga yang tak mau dipindah dari lokasi tanggul. “Ngerjain tanggul, geser orang, marah lagi kan orang,” ujarnya.
Hujan deras yang mengguyur menyebabkan kawasan Kemang terendam banjir setinggi 1,5 meter pada Sabtu (27/8). Empat sampai lima rumah di kawasan Kemang Jaya dan Kelurahan Ulujami meminta pihak Pemprov DKI Jakarta untuk memasang pompa sebagai penanganan banjir.
Ahok mengatakan, pompa yang dipasang setiap tahun memiliki dana operasional bernilai miliaran rupiah. Ia menawarkan untuk membeli tanah tersebut ketimbang berinvestasi miliaran rupiah untuk pompa. “Saya tawarkan. Udah deh kamu nih memang (buat) tempat tampungan air, Kamu jual ke kita aja deh. Ga mau juga,” kata Ahok.
Untuk antisipasi sementara, pinggiran Sungai Krukut akan dibangun penahan dari batu bronjong sepanjang satu hingga dua kilometer. Namun penahan batu bronjong ini, Ahok mengatakan, kemungkinan dapat rusak kembali. “Karena kita tidak bisa gali, kalau digali rumah orang roboh,” katanya.
Banjir Kemang Oktober
Genangan air kembali membanjiri kawasan Kemang Jakarta Selatan. Banjir tersebut terjadi pada Selasa (4/10) sore WIB.
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengatakan kawasan Kemang membutuhkan waktu 45 menit untuk surut. Ia mengatakan kawasan Kemang belum selesai ditata. "Kemang 45 menit baru bisa turun, tapi kan belum beres," ujar Ahok, Selasa (4/10).
Orang nomor satu DKI Jakarta ini pun mengatakan sedang menunggu peta dan bidang inventarisasi DPPN. "Sudah dapat, terus kita tunggu hasil dari penataan kota, kita kerjakan," katanya.