REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hujan berintensitas sedang hingga lebat di puncak Gunung Merapi sejak Kamis (27/10) pukul 09.30 WIB telah menyebabkan banjir lahar hujan di Sungai Bebeng. Akibatnya 9 truk penambang pasir tersapu lahar hujan di Sungai Bebeng Desa Kaliurang Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah pada Kamis (27/10) pukul 11.12 WIB.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menuturkan truk yang sedang memuat pasir di Sungai Bebeng tidak sempat dievakuasi sehingga tertimbun pasir dan batu dari lahar hujan. Tidak ada korban jiwa karena penambang pasir dan masyarakat yang berada di lokasi berhasil menyelamatkan diri.
"Dari 9 truk yang terseret lahar dingin terdapat 6 truk rusak berat. Evakuasi truk dilakukan oleh BPBD Kabupaten Magelang bersama dengan relawan dan masyarakat," kata Sutopo dalam siaran persnya, Jumat (28/10).
Potensi banjir lahar hujan susulan di sekitar Gunung Merapi masih tinggi. Mengingat material piroklastik produk erupsi Gunung Merapi selama Oktober hingga November 2010 lalu, diperkirakan masih tersisa sekitar 20 hingga 25 juta meter kubik di puncak dan lereng Gunung Merapi di Jawa Tengah dan Sleman Yogyakarta. Dengan makin meningkatnya curah hujan maka potensi banjir lahar hujan juga meningkat.
Sutopo menjelaskan sungai-sungai yang berhulu di puncak Gunung Merapi dari arah Tenggara, Selatan, Barat Daya, Barat, hingga Barat Laut, meliputi Kali Woro, Kali Gendol, Kali Kuning, Kali Boyong, Kali Bedog, Kali Krasak, Kali Bebeng, Kali Sat, Kali Lamat, Kali Senowo, Kali Kringsing, dan Kali Apu masih memiliki potensi terjadi banjir lahar hujan. Adanya penambangan pasir memang telah mengurangi besaran banjir lahar hujan. Karena di beberapa sungai dam sabo telah kosong pasir dan dasar sungai juga sudah ditambang sehingga saat banjir akan mengisi ruang yang kosong tersebut.
Sampai saat ini, Sutopo mengatakan BPBD Kabupaten Sleman, DI Yogyakarat, telah memetakan titik rawan bencana lahar hujan di sekitar sungai Gunung Merapi yang berada di Kabupaten Sleman. Ada 76 dusun yang masuk peta rawan bencana banjir lahar. Dusun-dusun tersebut berada di sepanjang sungai yang berhulu di Gunung Merapi.
"Seperti Sungai Boyong, Gendol, Opak dan Code. Sungai Boyong yang rawan banjir lahar hujan meliputi wilayah Kecamatan Pakem, sebagian Turi, Ngaglik, Mlati dan Depok. Sungai Gendol dan Opak rawan di Kecamatan Cangkringan, Ngemplak, Kalasan dan Prambanan," jelas Sutopo.
Ia menghimbau warga untuk meningkatkan kewaspadaannya. Masyarakat dan penambang pasir di sekitar Gunung Merapi hendaknya memperhatikan cuaca. Jika hujan deras di bagian hulu hendaknya aktivitas penambangan tidak dilakukan di sekitar sungai. Rata-rata waktu yang diperlukan terjadi banjir lahar hujan dari hujan di bagian hulu Gunung Merapi hingga di bagian bawah hanya kurang dari 30 menit.
"Banjir lahar hujan serupa berpotensi terjadi di daerah lain, seperti di Gunung Kelud, Gunung Sinabung, dan Gunung Gamalama. Curah hujan diperkirakan akan makin meningkat sehingga ancaman lahar hujan juga makin bertambah besar," katanya.