Ahad 13 Nov 2016 06:45 WIB

Tekanan Presiden Korsel untuk Turun Makin Besar

Presiden Korea Selatan, Park Geun-Hye
Foto: AP
Presiden Korea Selatan, Park Geun-Hye

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Presiden Korea Selatan Park Geun Hye menghadapi peningkatan tuntutan yang menginginkan dirinya turun dari jabatannya saat demonstrasi besar-besaran terjadi pada Sabtu, yang menyebutnya tidak pantas menjadi pemimpin atas adanya skandal antara dirinya dan temannya.

Aksi massal yang dilakukan di Seoul itu menuai massa lebih dari setengah juta orang, menurut pihak penyelenggara. Banyak di antaranya merupakan warga biasa yang memenuhi jalanan pusat kota dengan 12 lajur itu. Mereka berunjuk rasa dengan keluarganya, dan para pelajar dan orang tua muda yang mendorong kereta bayi mereka juga terdapat dalam kerumunan itu.

Begitu pula dengan mereka yang menggunakan tongkat dan kursi roda. Hal ini kontras dengan sejumlah aksi massa sebelumnya yang biasanya didominasi pihak persekutuan militan yang biasanya berujung dengan bentrokan dengan aparat.

Mereka menyerukan "Turun, turun, Anda harus turun".

"Tentu saja dia harus turun," Jung Sun Hee, seorang ibu rumah tangga berusia 42 tahun yang mengikuti aksi unjuk rasa itu bersama dengan suami dan kedua anaknya. "Saya yakin kami memerlukan seseorang yang baru untuk menangani keadaan ini, yang lebih baik dari yang ini," katanya.

Kerumunan massa itu telah mendapatkan izin untuk melakukan aksi pada sore hari hingga beberapa blok dari wilayah Rumah Biru kepresidenan, yang sebelumnya tidak diperbolehkan oleh kepolisian, yang mengkhawatirkan sejumlah masalah keamanan.

Itu menjadi aksi massa ketiga sejak Park mengutarakan permohonan maaf secara publik pada 25 Oktober lalu dimana dia mengaku dia telah meminta nasihat dari temannya, Choi Soon Sil yang hanya memicu kemarahan publik dan kecurigaan atas seseorang yang mengetahui rahasia negara dan tampak tidak memiliki kedudukan resmi dalam pemerintahan.

Ucapan permohonan maaf Park yang lain dan sebuah penawaran untuk bekerja dengan pihak oposisi dalam parlementer guna membentuk kabinet yang baru dan mempertahankan kedudukan gagal meredam amarah publik, memicu lawan-lawan politiknya untuk mengatakan dia tidak mengetahui betapa beratnya keadaan yang ada.

Para anggota dari sejumlah partai oposisi utama ikut serta dalam aksi massa yang menuntut agar Park turun, mengindikasikan terdapat peningkatan pendapat untuk mengambil langkah demi mencabut jabatannya, meskipun belum ada aksi resmi yang dikeluarkan untuk membawanya ke meja hijau.

Tingkat penerimaan publik Park turun menjadi lima persen untuk pekan yang kedua, menurut sebuah jajak pendapat yang dilakukan oleh Gallup Korea dan diterbitkan pada Jumat, yang menjadi angka terendah bagi seorang presiden Korea Selatan sejak jajak pendapat yang demikian mulai dilaksanakan pada 1988. Gallup Korea, yang bermarkas di Seoul, tidak memiliki keterkaitan dengan Gallup yang ada di Amerika Serikat.

Tidak ada presiden Korea Selatan yang pernah gagal menyelesaikan masa jabatan lima tahun mereka, namun Park mendapatkan tekanan yang semakin besar dari publik dan lawan-lawan politiknya untuk turun dari jabatannya. Park telah menonaktifkan beberapa penasihatnya yang tertinggi dan terdekat, dan sejumlah mantan asistennya telah ditahan atas tuduhan penyalahgunaan kekuasaan.

Choi, temannya yang diduga dekat dengan presiden sejak 1970-an, mendapatkan tuduhan penyalahgunaan kekuasaan dan penipuan.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement